STUDI FILOLOGI
BAGI PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN
FILOLOGI DAN KEBUDAYAAN
Berita tentang hasil budaya masa lampau yang terungkap dalam sastra lama dan dapat dibaca dalam peninggalan yang berupa tulisan, yaitu naskah. Karya sastra Nusantara yang pada saat ini tersimpan dalam naskah lama merupakan peninggalan pikiran para leluhur (nenek moyang).
Pengertian Filologi
Filologi adalah suatu pengetahuan tentang sastra, sastra dalam arti yang luas. Adapun wilayah jangkauan studi filologi meliputi aspek ke-bahasaan, kesastraan, dan kebudayaan.
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah kelompok adat-istiadat, pikiran, kepercayaan dan nilai yang turun-temurun dan dipakai oleh masyarakat pada waktu tertentu. Pewarisan kebudayaan itu terjadi lewat bahasa. Oleh karena ruang lingkup kebudayaan itu luas sekali, maka pengertian bahasa tidak hanya meliputi bahasa dalam arti kata yang sempit melainkan segala macam bentuk simbol dan lambang (tarian dan gambar) yang dapat mencatat kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi yang lain (van Peursen, 1976 : 143). Jadi, pada dasarnya seluruh kebudayaan merupakan suatu proses belajar yang besar yang menghasilkan bentuk-bentuk baru dengan menimba pengetahuan dan kepandaian dari kebudayaan sebelumnya.
Kebudayaan yang ada sekarang ini dilalui 3 (tiga) tahap, yatu : mistis, ontologis, dan fungsional. Tahap mistis adalah suatu tahap yang skap manusia-nya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib di sekitarnya. Tahap ontologism adalah tahap yang sudah melalui tahap mistis, sehingga sikap manusianya sudah secara bebas ingin meneliti segala hal di luar dirinya. Sedangkan tahap fungsional adalah tahap yang berada di atas tahap ontologism, yaitu tahap yang sikap dan alam pikiran manusianya sudah nampak makin modern (van Peursen, 1976 : 18).
Ahli filologi selain akrab dengan bahasa dan sastra juga mengamati jalannya kebudayaan suatu bangsa. Dengan mengkaji isi rekaman tersebut akan tergalilah kebudayaan lama suatu bangsa, tempat berpijaknya kebudayaan yang ada sekarang.
FILOLOGI DAN KEBUDAYAAN NUSANTARA
Bangsa Indonesia boleh berbangga karena memiliki beraneka-ragam bahasa dan sastra daerah sebagai warisan nenek moyang yang tak ternilai harganya. Sastra daerah yang beraneka-ragam itu turut mewarnai khazanah sastra Nusantara dan merupakan alat penunjang untuk memperkaya kesastraan Indonesia pada umumnya.
1. Letak Kepulauan Nusantara
Kepulauan Nusantara terletak di antara 2 (dua) benua, yakni benua Asia dan Australia serta di antara dua samudera, yaitu samudera Hindia dan samudera Pasifik, dihuni oleh beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing mempunyai sejarah, kebudayaan, adat-istiadat, dan bahasa.
2.Aneka Budaya Nusantara Masa Kini
Penghuni kepulauan Nusantara sejak dahulu memiliki berbagai kegiatan dalam berbagai bidang. Karya tulis peninggalan nenek moyang dapat dipelajari untuk memperoleh gambaran kebudayaan pada waktu mereka hidup meskipun tidak lengkap dan tdak menyeluruh.
Kebudayaan Nusantara pada waktu dahulu berada dalam kondisi dan posisi yang belum mapan sehingga mudah menerima pengaruh dari luar. Pertemuan kebudayaan asli dengan kebudayaan lain itu mengakibatkan kebudayaan asli berkembang ke arah kebudayaan pribadi manusia yang penuh hasrat. Sebagai contoh, sesudah kebudayaan Islam datang ke Nusantara terjadilah sinkretisme antara kebudayaan asli, kebudayaan Hindu, dan kebudayaan Islam sebagai yang digambar-kan dalam hikayat Raja-raja Pasai, hikayat Malem Dewa, hikayat Banjar dan Kota Waringin, dan lain-lain.
Kebudayaan Nusantara mengalami perjalanan yang panjang dan dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan yang dikuasai oleh nilai-nilai agama dan kemudian menjalankan kebudayaan Indonesia yang ada sekarang ini.
Orang India datang ke daerah Nusantara dalam 3 (tiga) gelombang, yakni : awal abad ke-4, abad ke-8 sampai ke-9 dan abad ke-11. Orang-orang India itu membawa agama Hindu dan Budha serta kebudayaan dari tanah asalnya. Kedatangan kebudayaan India kelihatan membawa perubahan yang besar dalam masyarakat Nusantara, antara lain bangkitnya kerajaan-kerajaan besar di bawah pimpinan raja-raja penjelmaan dewa Wisnu atau Syiwa, istana raja menjadi pusat politik, ekonomi, agama dan seni, masyarakat menjadi bertingkat-tingkat sesuai dengan tingkatan dalam agama Hindu.
Agama Islam datang ke daerah kebudayaan Nusantara pada abad ke-13 dibawa oleh pedagang-pedagang India yang kebanyakan pengikut pelbagai terekat seperti Qadiriyah, Naosyabandiyah dan beberapa tarekat kecil yang berpusat pada seorang syekh atau guru tasawuf. Sesudah kedatangan agama Islam, kedudukan nilai agama dalam struktur kebudayaan Nusantara tetap tinggi. Ketuhanannya termasuk monoteisme, pengakuan terhadap Tuhan yang satu.
3. Sumber Sejarah Kebudayaan Nusantara
Satu ciri asasi dalam kenyataan sejarah bahwa kebudayaan Nusantara itu cenderung berkembang di sepanjang pantai timur Sumatera sampai sepanjang pantai barat Semenanjung Malaka dan di dataran rendah pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kepercayaan masyarakat Jawa asli disebut animisme. Dua tokoh yang selalu dipuja yaitu Dewi Sri dan Nyai Roro Kidul.
Melalui cerita sejarah dapat diketahui bahwa Hinduisasi mulai berkembang di Jawa pada abad ke-7 dan ke-8 dan berakar kuat baru pada sekitar tahun 930 berkat perpindahan pusat pemerintahan Mataram Watu Galuh ke Jawa Timur pada jaman raja Sindok.
Pada awalnya Hinduisasi hanya dikenal di lingkungan keraton (perkotaan), lambat laun masuk ke desa-desa dan bertemu dengan kebudayaan masyarakat Jawa asli. Sastra Jawa kuno yang tertua adalah Kakawin Ramayana yang ceritanya mirip dengan Ramayana Walmiki diperkrakan berasal dari abad ke-9 sekitar waktu dibangunnya baik candi Borobudur yang bercorak Budha maupun candi Prambanan yang bercorak Hindu-Syiwa.
Sastra Jawa kuno dalam sejarah sastra dan kebudayaan Nusantara mempunyai peranan yang khas, tidak hanya karena tuannya tetapi karena sastra itu mempengaruhi sastra-sastra daerah se-Nusantara. Melalui kesusasteraan Jawa masuklah dalam kesusasteraan Melayu cerita-cerita yang diangkat dari Mahabarata dan Ramayana, misalnya hikayat Pandawa Lebur, hikayat Angkawijaya, hikayat Sri Rama dan lain-lain.
Sejak tahun 500 perdagangan Timur dan Barat melalui selat Malaka sudah ramai, lebih-lebih pada jaman Sriwijaya para pedagang Indonesia telah mengunjungi pelabuhan-pelabuhan Cina dan pantai Timur Afrika. Tahun 1024 Sriwijaya dikalahkan oleh Colamandala yang menyebabkan kelemahannya.
Pada abad ke-14 timbullah masyarakat Muslim di Malaka yang kemudian pada abad ke-15 Malaka muncul sebagai pusat kerajaan Islam dan pusat kebudayaan. Kedatangan Islam di kepulauan Nusantara merupakan ciri jaman baru dalam sejarah yang dengan tegas membawa rasionalisme dan pengetahuan akliah serta menegaskan suatu sistem masyarakat yang berdasarkan kebebasan orang perorangan, keadilan, dan kemuliaan kepribadian manusia.
Ada beberapa judul naskah Melayu yang semula memakai nama Hindu diubahnya dengan judul yang bernafaskan Islam, kata-kata Arab atau Persi masuk ke dalam karya sastra Melayu, misalnya : Hikayat Marakarma diubah menjadi Hikayat Si Miskin, Hikayat Serangga Bayu diubah menjadi Hikayat Ahmad Muhammad. Abad ke-16 dan ke-17 Aceh mencapai jaman keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) dan masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani (meninggal tahun 1641). Dalam dua abad tersebut telah muncul 4 (empat) orang tokoh ulama yang sangat berpengaruh di kawasan Nusantara, yakni Hamzah Fensuri dengan karyanya antara lain Syair Burung Pingal, Syarab al-Asyikin, Syamsuddin Assamatrani (1630) dengan karyanya antara lain Mirat al-Mukmin, Mirat al-Muhaqoiqin, Nuruddin Arraniri (1658) dengan karyanya antara lain Bustanussalatin, Siratalmustakim, Syifa’ al-Kulub dan Abdurrauf Singkel (1693) dengan karyanya antara lain Dakaik al-Huruf, Mirat al-Tullab.
Ada juga sastra Islam Melayu yang berupa saduran atau terjemahan dari Arab, Parsi atau India, antara lain :
Hikayat para Nabi sebelum Nabi Muhammad, misalnya : Hikayat Anbiya, Hikayat Raja Jumjumah, Hikayat Zakariya.
Hikayat Nabi Muhammad dan para sahabatnya, misalnya : Hikayat Nur Muhammad, Hikayat Nabi Bercukur.
Legenda Islam, misalnya Hikayat Sama’un, Hikayat Sultan Ibrahim Ibn Adham.
Pahlawan Islam, misalnya : Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Mu-hammad Hanafiah.
4. Filologi sebagai Penggali Budaya Masa Lampau
Filologi mempunyai sasaran kerja yang berupa naskah. Khusus filologi Indonesia naskah-naskah yang perlu ditangani oleh para ahli filologi adalah yang mengandung teks-teks klasik sastra Nusantara.
Sastra lama Indonesia memperlihatkan adanya unsur-unsur kedaerahan yang saling berkaitan dan bergantungan. Selain itu pula interaksi yang terus-menerus antara sastra lisan dan sastra tulisan dalam lingkungan sekawasan Nusantara.
Mempelajari sastra lama tidak saja rapat hubungannya dengan mempelajari sejarah peradaban bangsa pemilik sastra itu, tetapi dapat dikatakan memasuki dan hidup dalam masyarakat pemilik sastra tersebut.
Sastra lama Indonesia memperlihatkan adanya unsur-unsur kedaerahan yang saling berkaitan dan bergantungan. Selain itu pula interaksi yang terus-menerus antara sastra lisan dan sastra tulisan dalam lingkungan sekawasan Nusantara.
Mempelajari sastra lama tidak saja rapat hubungannya dengan mempelajari sejarah peradaban bangsa pemilik sastra itu, tetapi dapat dikatakan memasuki dan hidup dalam masyarakat pemilik sastra tersebut.
FILOLOGI ALAT EVALUASI DAN SUMBER INSPIRASI PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN
Sastra lama merupakan sumber ilham yang sangat dibutuhkan bagi pengem-bangan kebudayaan. Dengan demikian studi filologi terhadap sastra lama sangat besar bantuannya bagi pengembangan kebudayaan Indonesia.
Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk terdapat 3 (tiga) golongan kebudayaan-kebudayaan daerah, kebudayaan umum local dan kebudayaan nasional yang masing-masing mempunyai corak tersendiri. Masalah yang dihadapi oleh masyarakat majemuk adalah saling hubungan antara kebudayaan daerah, kebudayaan umum local, dan kebudayaan nasional.
1. Politik Kebudayaan
Masalah pengembangan kebudayaan Indonesia pada hakikatnya terbatas kepada masalah pengembangan kesenian Indonesia. Adapun ruang lingkup kesenian itu meliputi seni rupa dan seni suara. Di antara cabang seni suara adalah seni sastra. Seni sastra Indonesia yang bersifat daerah banyak macamnya menurut bahasa daerah yang menjadi pengembannya.
Munculnya bahasa Indonesia dan sastra Indonesia adalah hasil pertemuan antar kebudayaan daerah Nusantara dengan pengaruh kebudayaan Eropa modern. Kebudayaan Indonesia didasarkan atas penggunaan bahasa Indonesia yang merupa-kan bahasa baru dan berasal dari bahasa Melayu.
Jadi pada dasarnya kebudayaan Indonesia berbeda dengan kebudayaan daerah meskipun unsur-unsurnya diperkaya oleh berbagai kebudayaan daerah itu dan ditambah berbagai unsur kebudayaan asing. Kebudayaan Indonesia dianggap sebagai kebudayaan yang mengikat dan mempersatukan semua warga negara Indonesia.
Sumbangan sastra daerah pada perkembangan kebudayaan Indonesia mempunyai nilai positif baik ditinjau dari segi kualitatif maupun kuantitatif. Sumber golongan nasional yang terkuat dalam mempengaruhi perkembangan dan pembangunan kebudayaan Indonesia adalah pemerintah RI atau pemerintah pusat. Sumber internasional yang mempengaruhi kebudayaan Indonesia sangat luas lingkungannya karena meliputi seluruh kebudayaan yang ada di dunia luar Indonesia.
2. Peranan Budaya Masa Lampau dalam Pengembangan Kebudayaan
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan suatu bangsa sebagai strategi untuk menjamin eksistensi bangsa, mendinamisasikan kehidupan bangsa, membentuk dan mengembangkan kepribadian bangsa dan menata kehidupan bangsa. Untuk itu pendekatan pengembangan kebudayaan nasional Indonesia harus berorientasi kepada :
Sejarah bangsa di masa lampau
Kenyataan-kenyataan sosial budaya masa kini
Cita-cita nasional di masa yang akan datang, yang secara keselurhan pada hakikatnya didasarkan atas visi kebudayaan yang bersumber pada Pancasila dan UUD 1945.
Identitas suatu bangsa didasarkan atas kebudayaannya.
3. Filologi sebagai Penggali Inspirasi Pengembangan Kebudayaan
Mengamati sastra lama dalam rangka menggali kebudayaan Indonesia merupakan usaha yang erat hubungannya dengan pembangunan bangsa Indonesia. Sastra lama Indonesia yang terdapat di beberapa daerah misalnya : Jawa, Melayu, Sunda, Madura, Bali, Aceh, Makasar dan Bugis adalah merupakan rekaman kebudayaan Indonesia dari kurun jaman silam yang mengandung berbagai lukisan kehidupan, buah pikiran, ajaran budi pekerti, nasehat, hiburan, pantangan dan sebagainya termasuk kehidupan keagamaan mereka pada waktu itu.
Untuk mengungkapkan kembali latar belakang kebudayaan sastra lama diperlukan pengetahuan masa hidupnya dan sejarah penyebarannya. Mempelajari sejarah memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan. Ada tiga manfaat yang dapat ditemukan dalam mempelajari sejarah, yaitu : (1) Memberikan pendidikan, (2) Memberikan ilham atau inspirasi, dan (3) Memberikan kesenangan atau pleasure.
Ada sejumlah naskah Nusantara yang mengandung fakta sejarah yang oleh penga-rang sastra lama diolah sedemikian rupa sehingga menjadi suatu sajian yang berupa rekaan yang menarik, misalnya : sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Babad Tanah Jawi dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar