PENGARUH INDIA TERHADAP BAHASA JAWA KUNA; PERANAN BAHASA SANSEKERTA
Dalam kurun waktu sepuluh abad pertama dalam penanggalan Masehi, bahasa Sansekerta tidak lagi dipakai dalam bahasa pengantar sehari-hari melainkan dipakai untuk kepentingan peribadatan, sastra keagamaan, dan juga lapisan istana. Asal usul dan bentuk bahasa Sansekerta lebih dekat pada bahasa-bahasa pribumi Indo-Arya. Diduga bahwa kata-kata pinjaman dari India yang masuk ke dalam bahasa Jawa Kuna memperlihatkan bentuk bahasa pribumi di India. Dalam Jawa Kuna terdapat segelintir kata India yang bukan berasal dari bahasa Sansekerta. Mungkin kata-kata ini masuk dalam bahasa Jawa Kuna lewat bahasa Sansekerta yang telah menampung kata-kata itu beberapa saat lebih dulu.
Bila mengamati kategori-kategori linguistik yang semula merangkum kata-kata pinjaman dari bahasa Sansekerta, hampir semuanya bersifat kata benda dan kata sifat yang bentuknya tidak dideklinasikan. Kata-kata itu nampak dalam bentuk kata-kata majemuk tetapi bukan konstituen akhir , kata-kata kerja tidak dijumpai dalam bentuk konjugasi tetapi hanya kata sifat kerja dalam bentuk lingga. Kesatuan kata-kata itu diserap dalam bahasa yang menerimanya lalu diperlakukan sebagai kata dasar Jawa kuna dan dapat dilengkapi dengan afiks-afiks Jawa Kuna. Unsur-unsur asing dibaurkan ke dalam bahasa Jawa Kuna sedemikian rupa, sehingga susunan dan sifatnya sebagai bahasa Nusantara tetap utuh. Dalam proses meminjam dan mencangkokkan kata-kata dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain, bahasa Sansekerta tidak mengalami perubahan fonetis.
Sastra Sansekerta dijunjung tinggi sebagai sebuah contoh untuk dipelajari dan ditiru dengan memungut kosa kata atau peristilahan yang khas. Memakai kata-kata Sansekerta dianggap suatu tanda bahwa seseorang tidak ketinggalan zaman, mampu menerima pengaruh suatu kebudayaan yang lebih tinggi. Kata-kata Sansekerta banyak diambil untuk menjadi nama orang, organisasi, bangunan atau kesatuan. Para sastrawan juga suka menambahkan kata Sansekerta dalam puisinya untuk memperkaya kosakatanya.
Beberapa kata Sansekerta setelah diserap oleh bahasa Jawa Kuna mengalami perubahan dalam arti. Proses perubahan arti ini berjalan tahap demi tahap. Bila sebuah kata asing telah menjadi bagian tetap dari bahasa penerima, maka kata-kata itu ikut serta dalam kehidupan dan perkembangan bahasa penerimanya. Sebagai contoh yaitu kata hima di India berarti ‘embun, beku, cuaca penuh es, salju’ tetapi karena Pulau Jawa beriklim tropis gejala ini tidak dikenal, maka diartikan ‘kabut’. Perubahan-perubahan semantis dalam kata-kata Sansekerta lebih sering terjadi seimbang dengan berkurangnya pengaruh India terhadap bahasa dan kebudayaan Jawa. Bahasa Sansekerta yang demikian dalam dan luas mempengaruhi segala peninggalan tertulis dari zaman Jawa Kuna, baik berupa prasasti maupun sastra, adalah bahasa yang dipakai oleh para pujangga dan orang-orang terpelajar. Di Indonesia, prasasti-prasasti Jawa Kuna yang ditemukan kebanyakan bersifat pragmatis, berkaitan dengan dianugerahkannya sebidang tanah untuk maksud keagamaan, pembebasan dari pajak, dsb. Selain itu, sastra Jawa menyerap pengaruh India dengan suatu cara yang jauh lebih bebas, tanpa kehilangan identitasnya sendiri. Ini mungkin bukti bahwa pengaruh India di Jawa lain daripada negeri-negeri yang mengalami Hinduisasi di daratan Asia Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar