Kamis, 11 Desember 2008

Filologi Sebagai Istilah


Filologi Sebagai Istilah




Filologi sudah dipakai semenjak abad ke-3 S.M. oleh sekelompok ahli dari Aleksandria yang kemudian dikenal sebagai ahli filologi. Yang pertama-tama memakainya adalah Erastothenes (Reynolds, 1968:1). Pada waktu itu mereka berusaha mengkaji teks-teks lama yang berasal dari bahasa Yunani. Pengkajian mereka terhadap teks-teks tersebut bertujuan menemukan bentuknya yang asli untuk mengetahui maksud pengarangnya dengan jalan menyisihkan kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalamnya. Pada waktu itu mereka menghadapi teks dalam sejumlah besar naskah yang masing-masing menunjukkan bacaan yang berbeda (Varian) bahkan ada yang menunjukkan bacaan yang rusak (korup). Kegiatan pengkajian teks ternyata telah menumbuhkan kesadaran bahwa untuk mengetahui bentuk teks yang asli mereka perlu meneliti naskah-naskah itu untuk mendapatkan naskah yang mendekati teks asli dan naskah yang menyimpang daripadanya. Dari kegiatan itu pula dapat disadari bahwa pengkajian secara mendalam terhadap bahasa dan kebudayaan yang melatarbelakanginya adalah penting. Kegiatan filologi yang menitikberatkan kepada bacaan yang rusak ini kemudian disebut filologi tradisional. Dalam hal ini ahli filologi dengan intuisinya memilih naskah yang memungkinkan penyusunan silsilahnya untuk mendapat bacaan hipotesis yang dipandang asli, atau yang paling dekat dengan aslinya. Kegiatan tersebut pada saat ini dikenal dengan istilah hermeneutik.

Tidak ada komentar: