Selasa, 06 April 2010

Linguistik terapan ?



Sistem komunikasi manusia melaluli bahasa dikaji dalam disiplin ilmu linguistik. Linguistik juga disebut dengan ilmu bahasa atau ilmu yang mengkaji masalah bahasa secara ilmiah. Linguistik dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu muda yang bermula pada pemikiran Ferdinand de Saussure. Buku Cours de Linguistique Générale yang terbit tahun 1916 menjadi pondasi dasar untuk mengkaji ilmu bahasa. Pada awalnya, linguistik banyak mengkaji masalah sistem di dalam bahasa itu sendiri. Bahkan dalam kurun waktu setengah abad kemudian, para pakar linguistik sibuk dengan masalah intrabahasa yang meliputi fonetik, fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Sepertinya ilmu bahasa yang mempelajari masalah bahasa dalam kaitanya dengan faktor di luar kebahasaan kurang diperhatikan pada waktu itu. Seperti koin yang tergeletak diatas meja, maka salah satu sisinya masih tertutup. Pada perkembangan selanjutnya, ilmu bahasa memperoleh udara segar, tepatnya ketika pada tahun 1962 buku How to do things with words diterbitkan. Buku J.L. Austin ini menjadi pembangkit kajian baru di dalam ilmu bahasa yang sekarang dikenal dengan pragmatik. Meskipun pada awalnya pragmatik dicetuskan oleh Moris pada tahun 1938, tetapi dalam perkembangannya tidak mendapat perhatian yang cukup. Masalah kebahasaan bukan hanya terletak pada struktur atau sistem di dalam bahasa itu sendiri, melainkan juga masalah di luar bahasa atau antar bahasa. Karena ilmu bahasa banyak berhubungan dengan faktor di luar bahasa, maka berbagai bidang disiplin ilmu kini mengaitkan ilmu bahasa sebagai perspektif barunya ataupun sebaliknya. Sebagai contohnya adalah sosiolinguistik. Perkawinan disiplin sosiologi dengan ilmu bahasa ini berawal dari tahun 1960an, yang ditandai oleh munculnya banyak kajian bahasa yang mengaitkan masalah kebahasaan dengan masalah kemasyarakatan. Kajian bahasa dalam hubunganya dengan budaya pada akhir tahun 1940an dan awal 1950 yang dikenal dengan istilah etnolinguistik dipelopori oleh Franz Boas. Gagasanya dikembangkan oleh muridnya, Edward Sapir. Sapir bersama muridnya Benjamin L worf menelorkan “Sapir-Whorf Hypothesis” yang memunculkan pertanyaan apakah bahasa menentukan kebudayaan ataukah kebudayaan menentukan bahasa? Bagaimana pola-pola bahasa berhubungan dengan pola-pola kebudayaan?. Perpaduan disiplin linguistik dengan disiplin lain meliputi linguistik antropologi, linguistik statistik, psikolinguistik, stilistika, linguistik komputerisasi, linguistik forensik, neurolinguistik, dan masih banyak lagi bidang kajian di dalam linguistik. Menurut pendapat saya alangkah baiknya jika linguistik interdisiplin ini dapat dipelajari oleh mahasiswa-mahasiswa yang berminat dalam bidang linguistik maupun bidang lainnya. Tidak sepenuhnya benar bahwa disiplin linguistik hanya berkutat pada masalah struktur dan menghiraukan masalah di luar bahasa. Sepertinya kita memang sedang bernafas di dalam lumpur. Susah untuk mendapatkan udara segar, sementara di luar sana terdapat lahan luas yang dapat kita cangkul dalam-dalam. Mempelajari ilmu bahasa dalam kaitannya dengan disiplin ilmu yang lain akan mendapatkan manfaat yang lebih aplikatif. Seperti di dalam psikolinguistik yang mempelajari bagaimana bahasa dikaitkan dengan kejiwaan manusia dan bagaimana manusia memahami ujaran-ujaran itu. Dalam bidang sosiolinguistik kita dapat mengetahui status sosial seseorang dilihat dari bahasa yang digunakan. Sebagai contohnya adalah penggunaan tingkat tutur dalam bahasa jawa mempengaruhi status sosial dalam masyarakat. Masih sangat banyak manfaat yang dapat kita rasakan secara langsung jika kita ingin mempelajari disilpin ilmu antar bahasa tersebut. Pada akhirnya saya hanya berharap agar linguistik interdisiplin dapat lebih dikembangkan.

Pengaruh Dinasti Pallawa di Indonesia Hingga Munculnya Aksara Kawi



Dalam naskah-naskah Nusantara, keadaannya tidak seberuntung naskah-naskah yang berbentuk buku pada jaman sekarang. Kebanyakan materialnya terbuat dari bahan organik yaitu dluwang, lontar, kulit kayu, bambu, dan rotan. Warisan intelektual Indonesia terekam pada media-media yang telah disebutkan diatas termasuk batu. Indonesia juga merupakan negara yang memiliki kelimpahan naskah-naskah yang berharga nilainya. Seperti tulisan Thomas M. Hunter Jr., para sarjana telah lama menduga bahwa jaringan perdagangan internasional menghubungkan Cina dan Asia tenggara dengan India. Kemudian berkembang sampai permulaan millenium.

Bagaimanapun, penentuan tanggal paling awal tentang tradisi tulis di Indonesia adalah tetap pada prasasti Yupa dari Kutai pada abad V. Hal itu berhubungan dengan prasasti dari dinasti Palawa India Selatan dan prasasti Vietnam pada tahun 350 M. Kesemua itu mengindikasikan bahwa Indonesia telah mempunyai koneksi yang luas ke utara dan ke barat dari waktu itu. Penggunaan bahasa Sanskerta pada prasasti Yupa adalah sebuah potongan kecil dari fakta dan bukti diantara banyak hal lain yang meliputi daya tarik peradaban India dan agama Hindu-Buddha untuk aristrokrasi atau kebangsawanan Asia Tenggara. Fakta ini antara lain untuk pengadopsian tulisan India kepada bahasa pribumi dalam sebuah wilayah. Di Jawa, tulisan yang berkembang tersebut pada umumnya dikenal dengan istilah Kawi. Tulisan ini juga menjadi tulisan induk untuk berbagai masyarakat pada waktu sekarang di Indonesia.

Peziarah Cina bernama I Ching mengatakan pada kita, dalam laporannya, mengenai pendeta Buddha di Sriwijaya yang belajar keseluruhan kurikulum tentang India, termasuk dalam hal bahasa. Dia sendiri berhenti di Sriwijaya untuk belajar tata bahasa saat perjalananya ke India tahun 671M dan akhirnya kembali dan menetap empat tahun untuk menyelesaikan sebuah terjemahan baru dari kitab agama ke dalam bahasa Cina. Peziarah Cina lainya yaitu Hui Ning pergi ke Walaing di Jawa Tengah pada tahun 664 dan menerjemahkan teks Sanskerta pada Theravada ke dalam bahasa Cina dibawah tuntunan rahib Jawa. Selama kebutaan aksara di Jawa mulai berkurang dan melek aksara menyebar luas, maka penggunaan Sanskerta sebagai bahasa pada prasasti berangsur-angsur digantikan oleh bahasa pribumi. Di Jawa, prasasti dalam bahasa Jawa Kuna dimulai atau muncul pada awal abad ke-9 M. Di Bali, penggunaan bahasa Bali Kuna diperkirakan mulai digunakan pada akhir abad ke-9 M.

Pengaruh Kerajaan Pallawa di Indonesia

Sementara sampai saat ini sebagian besar dokumen Indonesia yang ditulis dalam alfabet Romawi, sejumlah besar masih diproduksi baik dalam beberapa bentuk tulisan Arab atau dalam aksara daerah seperti Jawa, Sunda, dan Bali yang memiliki asal mula yang sama dalam sistem penulisan kuno India asalnya. Sebuah warisan yang kaya teks-teks dalam naskah tidak lagi umum digunakan, seperti Batak dan Bugis, juga menegaskan penyebaran teknologi penulisan di seluruh Asia Tenggara selama era perdagangan maritim yang membawa serta penyebaran agama Hindu dan Budha.

Cendekiawan telah lama menduga bahwa jaringan perdagangan internasional yang menghubungkan Cina dan Asia Tenggara dengan India dan Timur Dekat telah dikembangkan pada awal milenium pertama. Tahun 1918, J.P. Vogel dalam studi mendetail mengenai prasasti Yupa dari Kutai, Kalimantan Barat , menunjukkan bahwa mereka berhubungan dengan naskah prasasti dari dinasti Pallava India Selatan serta situs-situs seperti prasasti di Vo-Canh Vietnam modern (bagian Cam kuno kerajaan yang berada di eksistensi pada awal abad kedua Masehi.) dan Anuradhapura di Sri Lanka. Ia juga menunjukkan bahwa Asia Tenggara mencerminkan contoh Pallawa perbaikan ke tulisan yang hanya kemudian dimasukkan ke dalam dinasti Pallava dari daratan India. Vogel memperkirakan tanggal dari prasasti Vo-Canh pada 350 M, prasasti Yupa pada 400 M, dan yang berhubungan erat Ci-Aruten, prasasti Jawa Barat pada 450 M memberikan kronologi kasar dari perkembangan awal apa yang sekarang kita kenal sebagai tulisan Pallawa Awal Asia Tenggara.

Kerajaan Pallawa merupakan kerajaan terbesar dan terkuat di seluruh Asia Tenggara pada masanya. Kerajaan Pallawa menduduki salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah dunia. Pallawa mengacu pada periode sejarah ketika sebuah dinasti dimana prajurit serta raja memerintah di bagian tenggara India. Perkiraan tahun masuknya kira-kira abad ke-3 M hingga abad ke-5 M, dan kehadirannya terasa sampai jauh seperti di Filipina dan Kalimantan. Hal ini dilakukan ketika tidak sedang melakukan kegiatan keprajuritan atau perdagangan, mungkin juga karena aktivitasnya di tanah asing. Mereka mengembangkan dan mempengaruhi tulis menulis. Awalnya tulisan tersebut itu digunakan untuk menulis bahasa Sansekerta. Tetapi sesuatu tentang tulisan ini pasti sangat mengesankan, dan kemudian berkembang sebagai tulisan dalam monumen batu yang berisikan tentang politik dan agama. selama 500 tahun berikutnya, variasi dan evolusi itu sedang digunakan untuk menulis sebagian besar bahasa Asia Tenggara.


Secara langsung maupun tidak langsung, tulisan pallawa berpengaruh :

1. Di India : Telugu, Tamil, Sinhala, kannada
2. Di seluruh Asia meliputi : Burma, Khmer (Kamboja), Thailand, Champ (Vietman), Kawi (Javanese, Balinese, Buginese), Sundanese

Tulisan palawa masih dalam kondisi baik. Tulisan ini ditemukan dalam prasasti Yupa. Sementara sejumlah tulisan lain asal India yang memberikan pengaruh pada evolusi huruf di daratan Asia Tenggara, tulisan pallawa tetap memperoleh pijakan di daratan Asia Tenggara.

Munculnya masa tulisan Kawi

Pada pertengahan abad kedelapan, bagian dalam Jawa yang mulai berkembang sebagai pusat kegiatan keagamaan dan pembentukan negara. Ini juga masa ketika ditulis keaksaraan telah dikembangkan ke titik di mana sebuah gaya tulisan mulai menggantikan gaya monumental tulisan awal dan akhir palawa. Sarjana seperti Kern, menyebutkan gaya penulisan baru ini "tulisan kawi" karena sering berhubungan dengan dokumen yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno atau Kawi.

Tulisan palawa jelas merupakan tulisan yang digunakan untuk tujuan monumental. Tulisan kawi awal merupakan tulisan yang digunakan untuk menulis pada daun lontar. Dc Casparis membedakan "kuno" dan "standar" bentuk tulisan kawi awal. Fase kuno diwakili oleh contoh Jawa diawali dengan prasasti Lingga dari Dinoyo pada tahun 760M. Pada pertengahan abad kesembilan, penggunaan tulisan kawi awal yang standar di Jawa sudah tetap. Satu set lempengan tembaga dari kekuasaan Balitung menggambarkan kesederhanaan yang menandai bentuk awal Standar Kawi. Menjelang akhir milenium pertama, Jawa kuna berkembang dari bahasa dengan tujuan arsip menjadi bahasa sastra yang sangat fleksibel dan halus, kemudian kekuatan politik bergeser dari Tengah ke Jawa Timur. Ini membawa evolusi lebih lanjut tulisan kawi.




Daftar Pustaka

Casparis, J.G.1975. Indonesian Palaeography. Leiden/Koln : E.J. BRILL.
Prijohutomo, 1953. Sedjarah Kebudajaan Indonesia. Djakarta : Groningen.
Zoetmulder, P.J. 1985. Kalangwan, Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang. Djambatan.

Daftar Gambar
http://www.ancientscripts.com/kawi.html
http://www.kamat.com/kalranga/deccan/pallavas.htm
http://www.omniglot.com/writing/pallava.htm
http://www.iranchamber.com/history/articles/india_parthian_colony1.php
http://skyknowledge.com/pallava.htm

Corak Kulit sebagai Daya Tarik Kecantikan Luar terhadap Perempuan di Desa Simego

Pengantar

Kecantikan merupakan karakteristik dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang menyediakan pengalaman persepsi kesenangan, makna, atau kepuasan. Kecantikan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah "ideal kecantikan" adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki banyak fitur dikaitkan dengan keindahan dalam budaya tertentu, untuk kesempurnaan.Pengalaman "keindahan" sering kali melibatkan penafsiran dari beberapa entitas sebagai seimbang dan harmonis dengan alam, yang dapat menyebabkan perasaan tertarik dan kesejahteraan emosional. Karena kecantikan merupakan pengalaman subjektif, sering dikatakan bahwa kecantikan ada di mata yang melihatnya. Dalam pengertian yang paling mendalam, keindahan dapat menimbulkan pengalaman yang menonjol refleksi positif tentang arti keberadaan orang itu sendiri. Sebuah subyek kecantikan adalah segala sesuatu yang beresonansi makna pribadi.
Karakterisasi seseorang sebagai "cantik", baik secara perorangan atau oleh konvensi masyarakat, sering didasarkan pada beberapa kombinasi Inner Beauty (yaitu kecantikan dalam), yang meliputi faktor-faktor psikologis seperti kepribadian, kecerdasan, keanggunan, keserasian, pesona, integritas, kesesuaian dan keanggunan, dan Outer Beauty, (yaitu daya tarik fisik) yang meliputi faktor fisik, seperti kesehatan, awet muda, keseksian, simetri, keidealan, dan corak kulit. Standar kecantikan selalu berkembang, berdasarkan apa yang dianggap budaya berharga. Perkembangan historis menunjukkan berbagai standar yang berbeda untuk kecantikan. Namun, manusia yang relatif muda, dengan kulit halus, tubuh proporsional dengan baik, secara tradisional dianggap sebagai yang paling indah sepanjang sejarah.

Indikator yang kuat kecantikan fisik adalah keidealan. Ahli fisiologi telah menunjukkan bahwa perempuan dengan tubuh jam pasir lebih subur daripada wanita lain karena tingkat lebih tinggi hormon-hormon wanita tertentu, sebuah fakta yang mungkin kondisi bawah sadar laki-laki memilih pasangan. Orang-orang dipengaruhi oleh gambar-gambar yang mereka lihat di media untuk menentukan apa yang atau tidak cantik. Feminis dan dokter berpendapat bahwa model kurus ditampilkan dalam mempromosikan majalah gangguan makan, yang lain berpendapat bahwa keunggulan perempuan kulit putih ditampilkan dalam film dan iklan yang mengarah pada konsep kecantikan eropa sentris .


Corak kulit sebagai daya tarik fisik
Daya tarik fisik adalah persepsi dari ciri-ciri fisik seorang individu manusia sebagai estetis menyenangkan atau indah, dan dapat mencakup berbagai implikasi seperti daya tarik seksual dan fisik. Apa yang dianggap menarik secara fisik tergantung pada tiga faktor: universal persepsi umum bagi semua budaya manusia, budaya dan aspek-aspek sosial dan preferensi subjektif individu.Walaupun diadakan secara universal persepsi tentang keindahan pada kedua jenis kelamin, laki-laki cenderung untuk menempatkan nilai lebih tinggi secara signifikan pada penampilan fisik dalam pasangan daripada yang dilakukan wanita.

Kompleksi atau corak kulit merujuk pada warna yang alamiah, tekstur dan penampakan pada kulit, khususnya pada wajah. Kata kompleksi atau dalam bahasa inggris complexion berasal dari bahasa latin akhir yaitu complexi. yang awalnya disebut secara umum untuk kombinasi hal, dan kemudian dalam istilah fisiologi, untuk keseimbangan sifat.
Corak kulit dianggap indikator karakter seseorang. Karya dari Spanyol berjudul Corbacho, ditulis oleh Alfonso Martínez de Toledo, termasuk sebuah bab berjudul "De las complexiones." Di dalamnya ia menggambarkan kepribadian manusia yang bermacam-macam dilihat dari corak kulit.
Melihat daya tarik fisik pada unsur corak kulit di desa Simego, maka ada suatu kasus yang dapat dijadikan sampel untuk menilai kecantikan. Penilaian kecantikan selalu diungkapkan secara berbeda menurut penuturnya masing masing. Walaupun terlihat subyektif, namun keuniversalan dalam menilai kecantikan tidak dapat dihindari. Pengaruh pengaruh media yang bertolak ukur pada eropa sentris membuat subyektifitas hanya sebagai sampul yang samar saja.
Sebagai kasus adalah dua perempuan kakak beradik di dusun Kubang yang bernama Martini dan Suryati. Martini berumur 19 tahun, sedangkan Suryati berumur 18 tahun. Dua perempuan tersebut populer bagaikan artis di dusun dan desanya. Bagaimana tidak, Martini yang telah menyandang status janda tetap menjadi madu yang manis bagi banyak kumbang. Begitu juga Suryati adiknya. Banyak pemuda yang tertarik pada kedua perempuan ini. Jika dilihat dari segi fisik, maka kedua perempuan tersebut memenuhi standar eropa sentries. Dalam hal ini mereka memenuhi kriteria sebagai perempuan yang bertubuh ideal, simetris wajahnya, berkulit putih dan cerah.



Menurut keterangan beberapa pemuda di desa Simego, Martini dan Suryati merupakan ikon perempuan yang cantik. Prioritas tertinggi dari kecantikan adalah corak kulit itu sendiri. Dibuktikan oleh keterangan dari para pemuda desa jika kriteria wanita cantik adalah yang berkulit putih. Tentu saja pendapat itu tidak sepenuhnya mewakili, tetapi setidaknya dapat didapatkan data dari lapangan bahwa corak kulit menjadi daya tarik utama dalam kecantikan.
Pendapat para pemuda tentang daya tarik fisik terutama corak kulit di desa Simego telah dipengaruhi oleh pandangan eropa sentris. Meskipun masyarakat desa masih terlihat tradisional dan sederhana, namun pengaruh moderenitas sudah terlihat jelas. Pengaruhnya dalam pandangan tentang kecantikan terlihat ketika banyak pemuda yang tertarik pada kedua perempuan tersebut. Bahkan yang menjadi menarik adalah ketika kedua perempuan tersebut menjadi berita yang menarik bagi masyarakat desa Simego

Daftar Pustaka

Walker, Alexander.1836. Beauty: Analysis and classification of beauty in woman. London: Henry G.bohn, York street, convent garden.
White, Charles.1810. An Essay on the causes of variety of complexion and figure in the human species. New York: L . Deare, printer.

Senin, 05 April 2010

My Paper : FORECAST EQUATIONS ANIMAL DREAMS BETWEEN JAVANESE AND AMERICAN PEOPLE AS GUGON TUHON OR SUPERSTITION

FORECAST EQUATIONS ANIMAL DREAMS BETWEEN JAVANESE AND AMERICAN PEOPLE AS GUGON TUHON OR SUPERSTITION


Introduction

Talking about culture certainly will never be finished. In a row of growing culture of human life on earth. According to Edward B Taylor cultures is a complex whole, which is contained inside knowledge, belief, art, morals, laws, customs, and other capabilities acquired by a person as a member of the community. Culture has existed since the beginning of human civilization that inhabits this earth. With time then the culture will continue to grow. Until now we see how advanced a civilization with the modern culture. Although modern culture had been able to be felt for many people, but the old culture is still attached to all aspects of human life.

Some aspects of the old culture in a society still maintained, though not a few aspects of the culture was lost or abandoned due to intentional or by mistake. One aspect of language which is long for the missing is language. Language will continue to be used as human life can not be separated from communication activities. The cultural aspect is easy to be replaced is related to the equipment or technology. As the development of the technology age will continue to innovate. Old technology will be replaced with new technology. Old technology that feel less efficiently to save time and replaced with better technology in terms of time and efficient.

Cultural aspects of vulnerable enough to experience a change is trust. Trust is meant here is not about religion in general. We know that the early ancestors of the trust the Indonesian nation is animism and dynamism. Later developed into Hinduism and Buddhism with the distribution by the Brahmins of India. Trust of animism and dynamism is replaced with a belief in god. This belief lasted long enough to reach the kingdom of the peak majapahit glory to realize the concept of the archipelago. After that Be in the archipelago of Islam propagated by the merchants from the Persian assisted by their guardians. This new trust is not taken for granted by society at that time. So the role of guardian to help spread the religion of Islam with the method to be very effective acculturation.

Belief in question here did not enter the area of religion in general. But this belief is part of the cultural aspects of the archipelago in the world even concerning the Old Wife Tales or the parents advice. This belief is partly understandable since it relates directly to the ancestors. But some people who are clad in modern culture reject this belief because it is something irrational and illogical. In the Java community trust is known as gugon tuhon. Etymologically Gugon tuhon may come from 'gugon' - ngguggu, followed; and 'tuhon' - a variation of the lord, god, the lord but, that may not be in power.

Tuhon is Gugon or schools of belief, which is not be based on reason or knowledge (nature), this term often underestimate the trust of people who have not considered common sense. So gugon tuhon often termed "Old Wive Tale". Usually gugon tuhon connected with things such as luck (hockey), prophecy, and dream interpretation in particular. Trust is without foundation as to what will happen by looking at previous events or collectively, the term post hoc propter hoc (happened after that, then it must be caused by)

In western languages gugon tuhon termed "superstitio" (English "superstition"), which literally means "stand on", but that the meaning of continuity means "wonder", "fear" and especially the fear of things outside ( supernatural). This word was used by Cicero, Livius and Ovidius in the first century BC. Gugon tuhon is not much written as literature. However gugon tuhon always delivered orally and occurs continuously into the next generation. Gugon tuhon and superstition have the same meaning as the trust or the related schools of the post hoc propter hoc.
Formulation problem

Each cultural aspects must be general or owned by any society, including gugon tuhon. Gugon tuhon not only owned by a person or Java alone. But even Chinese Americans also have something that is believed to be hereditary, although contrary to logic or common sense. Gugon tuhon includes several procedures such as gugon tuhon living in the ceremonies, the procedures in everyday life, to the prediction. In this simple paper will be presented on superstition or related gugon tuhon about prophecy dream.

Divination dream already known at the time of the Prophet. Then developed to kings. There is no research that can demonstrate scholarship dream prophecy. But the fact is until now the dream is still believed to predictions by some people in any hemisphere. Javanese society today there are many who believe in the prophecy dreams, but most also reject it because the very contrary to common sense and religion. Divination dream or better known Java community with dream interpretation is not only known by the Java community itself. Western society, especially American nor fully reject the prediction that dream. Dream predictions explain about the sign if someone is having a dream. Surely most diverse dreams someone. Starting from the encounter with others, the encounter with an event, objects, or animals.

In this paper will analyze how the prediction equations of the animal people dream of Java with American dream interpretation in general. Therefore, a question can be drawn:

Are there similarities or superstition gugon tuhon associated with the predictions of dreams about animals among the American people of Java in general?

Analysis

First, should know that is how the forecast range of Java related dreams about animals. Animals that entered the dream of prophecy relating to life and is still included in the scope of Java region itself. Here is the Java dream predictions related to animals taken from http://www.primbon.com/mimpi:

Chicken
If you dream of seeing a chicken flying kepohon indicates you will receive the money. Dreams see brood hen will address endowed with goodness. Are you dreaming to see chickens were laying eggs, will address a profit. And dream buy or can cock your address immediately get the child. Your chicken dream stolen unmarked will be saddened. Maintaining a chicken means you do not rowdy (restless, anxious) with the provision now. When the dream was feeding the chickens its mean your job will look up and success of all who aspire.

Lamb
If you dream of playing with a / some lamb marked your domestic life will soar. And your children will be successful and happy life if you dream of feeding the lambs or the other sheep.

Children Cats
If you dream of joking or playing with kittens, meets these demands do not address bother about the life and behavior of your economy, once in your short tempo can be happy. Dreamed of seeing or watching a sleeping cat, address your household peace will be achieved. Are you dreaming cat scratched your address is or will be disturbed and harassed by people who actually more stupid than you.

Dog
Was heard or seen a dog barking was the address of a friend, friend, friends, acquaintances, who seek to bend you in the crime (something that is bad for you). And if you see a dog come to you to shake its tail is marked ana be able to complete an important business immediately, and if you dream of caring for a dog or some provision will be glorious peak.

Goose
If you dream of seeing swans marked the growth of your love will blossom (achieved). And if you dream of seeing swans rang, your address will (should) take advice from just about any existing problems faced.

Pig
If you dream of cutting the pig, will address very lucky, and dreamed of seeing a dead pig is not well marked.

Rhinoceros
If you dream of seeing rhinos, would have marked a major influence on social position or an existing trade lead now.

Bear
If you dream pursued by a bear, poorly marked you will be troubled by those who considered a friend. But if you can avoid yourself or lethal biruang it would be a triumph both of your enemies.

Crocodile
If you dreamed up the crocodile went into time or water, your job will be marked with much success. And dreamed of seeing a crocodile crawled into your home, there will be marked as luck (luck). While dreaming to see crocodiles, there are marked enemy secretly lurking to harm you.

Bird
If you dream of seeing a bird flying, your health marked easy money and maintained a happy marriage. And dreams of birds flying toward you, marked with the gift will come to you in a calm and peaceful.

Peacock
If you dream of seeing the peacock would be helped by the marked mage.

Heron
If you dream of seeing a bird flying egret your sign will say the wrong thing.

BurungBetet ( Bird)
If you dream of seeing marked parakeet will meet women berselisihan banya (you must be careful to address).

BurungPerkutut (Bird)
If you dream of seeing and holding a bird or a turtledove marked you will get a wife or a good kid.

Pigeon
If you dream of seeing and holding a pigeon or marked you will receive a letter.

BurungKenari
If you dream of singing canaries in the cage marked happy.

BurungRajawali
If you dream of flying eagle bertandakan your work and efforts will be successful.

BurungGagak
If you dream bendengar marked croak you will feel the disappointment in love, and if the crows on the roof ring, there is marked khabar (news) that evil comes to you soon.

BurungGereja
If you dream of seeing a bird or the church you indicate that you know will make long trips.

BurungKuau
If you dream to hear or see birds marked Argusianus you will receive an inheritance or money.

BurungUnta
If you dream of seeing ostrich marked all the plans that have been raised (mature) will fall (fail) suddenly.

Elephant
If you dream of seeing an elephant, will be marked with the address to the great praise. Dream to see elephants out of his house, an address there will be an honored guest come to you. Was looking into the elephant house, the address will be the position or rank.

Tiger
If you dream of seeing a tiger marked with a warning to you not to hesitate and waver, there is progress for you to submit a job application. But when dreams hunted tigers, marked a bad-intentioned people to you.

Ducks
If you dream of seeing the ducks swim pacing significantly multiplied inner peace will calm your soul that will be done (perceived) ..

Goat
If you dream of a goat took a train, there was a marked change in life that you do not know the consequences. Eating goat and dreams will be bersirat property.
Centipedes
If you are stung by a centipede dream, marked longevity. And if bitten by a large centipede, bersirat tempted by permpuan.

Horse
If you dream of keeping a horse in the house, will get bersirat children wise. Dream of white horses in the house will lose, and if a red horse will be good results. Dream horse jumped in front of your house, sadness happen or annoyance will disappear.

Spiders
If you dream of seeing a spider, meaning you will experience a lot of temptations and obstacles in business and / or travel.

Flies
If you dream of seeing a fly fly, meaning you will favor your neighbors and acquaintances. Killing flies, bersirat happy after years of suffering beertahun.

Bees
If you dream of seeing bunch of bees, meaning your company will succeed and succeed. While you dream stung by bees, meaning people will be able to repay your parents with kindness and to who ever hurt you before, he will understand your greatness.

Oxen / Cattle
If you dream of seeing cows stray or run amok over there, significant hardship would be quick to come but do not worry because it will quickly pass.

Tiger
If you dream of hunting a tiger, meaning excellent. You will be free of a claim. And for the youngsters will soon get a mate. Dream tiger entered the house and back again, marked with your love of life within a short. And if the dream can shoot the tiger a big fortune.

Monkey
If you dream of seeing the white ape, marked'll be lucky, if the dream about eating monkey meat is not good in living

Mosquitoes
If you dream of being bitten by mosquitoes, marked will have trouble.

Onta
If you dream of seeing a camel means there will be no hindrance to becoming a block (obstacle). If you dream you see camels in a cage bersiratkan there is a profitable trip ..
Deer
If you dream of seeing deer, meaning you're being pursued in love, but unfortunately you really are shy.

Lions
If you dream of a lion, meant to get a high position.

Snakes
If you are a man or a girl dreaming to see or dipagut (bitten) snakes, will soon get a meaningful partner or soul mate. And if you have such a dream to get married, meaningful life will gain prosperity. Dream to see a small snake suddenly turned into a dragon, meaning there will be a great person who helped you. Seeing the colorful snakes, bersirat happiness to you immediately imagine. Dream to see a lot of snakes, would mean a long life. Surrounded by a lot of dreams snakes, meaning a feeling many people will be hostile to you.

The appealing of gugon tuhon or superstition forecast dream about animals believe Americans in general. Predictions derived from dreams http://www.corsinet.com/trivia/scary4.html
http://www.superstitions.ca/Superstitions/Animals.html
They are:

1. To dream of killing a bear foretells Liberation from entanglements. Flying birds are a sign of prosperity to the dreamer.
2. To see a butterfly among flowers Indicates prosperity.
3. Dreaming of a cat is a generally Unfortunate omen and it shows treachery as well as a run of bad luck.
4. Seeing a crow in your dream means Disappointment in everything, grief and misfortune.
5. To dream about a dog Indicates great gain and constant friends
6. If you dream that a dragonfly lands on your body then you will have excellent news from someone far away from home.
7. Dreaming of mice foretells domestic troubles or that business affairs will Assume a discouraging tone.
8. if you kill the snake in your dream you will conquer your enemies
9. It is lucky to dream of pigs
10. To dream of a rat is the sign of an enemy.
11. is a sign of bad news to dream about a white horse.
12. To dream of a monkey that denotes you have deceitful friends who will flatter you to advance their own interests.
13. To dream of an owl denotes a narrow escape from desperate illness or death

From the above data proved prophetic dreams between Java and the American people have some similarities in certain animals. This equation is of course due to factors both regions have the same animal. But even though both regions have the same animal, but the similarities are present in the dream prophecy. The animals in question are:
1. Bird:
Java:
If you dream of seeing a bird flying, your health marked easy money and maintained a happy marriage. And dreams of birds flying toward you, marked with the gift will come to you in a calm and peaceful.
America:
Flying birds are a sign of prosperity to the dreamer.

2. Pig:

Java:
If you dream of cutting the pig, will address very lucky.
America:
It is lucky to dream of pigs

3. Crow:

Java:
If you dream bendengar marked croak you will feel the disappointment in love, and if the crows on the roof ring, there is marked (news) that evil comes to you soon.
America:
Seeing a crow in your dream means Disappointment in everything, grief and misfortune.

Conclusion
Trust Old Wife Tales for the west or term as superstition or gugon tuhon in Javanese language, were found in the similarity. The similarity lies in the prediction dreams about animals. Similarity exists in animals birds, pigs and crows. Although very much a dream that no prophecy of the beast, but after the discovery of this equation it can be proved that the concept of thought between two different cultures turned out to have some similarities. Divination dream as it can be said that deviate from the logic, often regarded as superstition.
Cultural aspects pertaining to the beliefs about the current gugon tuhon vulnerable to extinction. Superstitious beliefs are deemed not relevant to modern culture today. The logic of common sense and religion became the main reason to reject this belief. Although many of the rejected, but some people still believe there is.


bibliography

Endraswara, Suwardi. 2005. Tradisi Lisan Jawa. Yogyakarta: Narasi.
Rangga Warsita. 2002. Buku pinter Pepak Basa Jawa. Surabaya: Nusantara
Oxford Latin Dictionary. Oxford University Press. 1982.
Jolly, raylene seaton; Raudvere, Catharina & Peters, Edward (2001) Witchcraft and Magic in Europe: The Middle Ages. Continuum International Publishing Group. p. x.
Kevin R. Foster; Hanna Kokko (2009), "The evolution of superstitious and superstition-like behaviour

Internet reference


http://en.wikipedia.org/wiki/Superstition

http://www.corsinet.com/trivia/scary4.html

http://www.infidels.org/library/historical/robert_ingersoll/superstition.html

http://www.superstitions.ca/Superstitions/Animals.html

http://chestofbooks.com/fairy-tale/Kentucky-Superstitions/Dream-Superstitions.html

http://chestofbooks.com/fairy-tale/Kentucky-Superstitions/Dream-Superstitions-Part-2.html

http://kwel92.blog.friendster.com/tafsir-mimpi-menurut-orang-jawa/

http://niasbarat.wordpress.com/2008/01/01/masa-depan-sungguh-ada-dan-nyata/

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

catatan liburan semester di desa Simego

Desa Simego hari 1

Malam ini aku merasa dingin sekali. Hawa dingin di desa semega ini sungguh menyiksaku. Tetapi aku merasa hangat setelah berada di dekat tungku dapur. Di tungku dapur inilah aku menulis catatan. Semoga diberi berkah, amin. Rombongan peneliti tiba di Pekalongan jam 6 pagi. Perjalanan dari jogja memakan waktu sekitar 6 jam. Kami berangkat dari UGM jam 12 malam. Tidak akan diceritakan tentang perjalanan dari Jogja sampai Pekalongan. Rasa kantuk memaksaku untuk memejamkan mata sampai bus kami sampai di Kecamatan Karanganyar Pekalongan.

Kami turun di lapangan dekat Koramil Karanganyar Pekalongan. Aku melihat tugu buah durian di tengah pertigaan jalan. Ada petunjuk jalan untuk menuju ke tempat wisata buah duren. Aku pikir bahwa disini banyak buah duren. Setelah shalat subuh kami makan pagi sebelum nantinya melanjutkan perjalanan ke daerah tujuan penelitian masing-masing. Transportasi yang digunakan untuk menuju tempat penelitian kami adalah sebuah mobil bak terbuka yang diberi kerangka samping dan pegangan diatasnya. Jenis transportasi ini dinamakan “Doplak”. Satu buah doplak diisi sekitar 15 orang dengan tujuan sekitar 5 dusun.

Kami menuju ke Kecamatan Petungkriyono jam 8 pagi. Penelitian di Petungkriyono ini berlangsung selama 14 hari. Setiap dusun ditempati 2 orang. Doplak kami berangkat ke Petungkriyono dengan kecepatan tinggi. Pemandangan selama perjalanan menuju ke Petungkriyono sungguh luar biasa indahnya. Pegunungan tinggi berkabut terlihat menyenangkan jika dilihat dari kejauhan. Jalan yang dilalui naik turun dan berliku. Sungai berbatu menjadi pemandangan yang indah selama pejalanan. Doplak kami memasuki hutan di dalam pegunungan. Jalan sempit dan licin tidak membuat supir doplak kami tertantang sedikitpun. Tidak ada rasa takut meskipun melihat tebing tinggi dan jurang yang dalam. Mata kami tepana melihat pemandangan yang begitu luar biasa indahnya. Seperti lukisan Tuhan di dalam kanvas hidup bernama alam semesta.
Jalan yang kami lalui berubah menjadi rusak dan berbatu. Sebelumnya aku tidak mengira jika perjalanan ke Petungkriyono akan memakan waktu yang sangat lama. Sudah 2 jam kami menembus hutan petungkriyono. Perjalanan membawa kami ke tempat yang sangat tinggi. Pegunungan berkabut dijelajahi dengan sangat lama. Tidak ada pemandangan indah yang dapat kami nikmati lagi. Hanya kabut putih dan jalanan terjal yang menghiasi mata kami. Hawa dingin menyelimuti tubuh kami. Rambut kami menjadi basah karena embun dank abut. Perjalananku ke dusun Sabrang ternyata masih sangat lama. Doplak kami menuruni pegunungan menuju daerah Kabupaten Banjarnegara. Dari Banjarnegara kemudian menaiki pegunungan kembali menuju Kecamatan Petungkriyono. Satu jam kemudian, doplak kami sampai di dusun Sabrang. Satu kemudian, doplak kami sampai di dusun sabrang. Saatnya aku dan Gauri tutun membawa barang bawaan dan mengucapkan selamat tinggal kepada teman teman kami yang masih tersisa di doplak dan kembali melanjutkan perjalanan menuju dusun masing masing.

Aku dan Gauri menuju ke tempat kepala dusun yang dijuluki “Pak Bau”. Di dusun Sabrang terdapat seiktar 40 kepala keluarga. Sedangkan di dusun Kubang hanya terdapat 20 kepala keluarga. Suasana dingin dan berkabut akan tetap aku alami selama dua minggu kedepan. Matahari juga enggan menampakkan badannya di desa ini. Listrik sudah ada di dusun Sabrang. Listrik dihasilkan dari kincir air dan tenaga surya. Jika sungai mengalir baik maka listrik akan tetap menyala. Jika aliran sungai kecil atau terganggu sampah, maka arus listrik juga terganggu. Hal ini berbeda dengan tenaga surya. Alat untuk menangkap tenaga matahari diletakkan di atap rumah. Jika ada sinar matahari, maka listrik akan disimpan selama beberapa waktu. Saat itu listrik bisa digunakan untuk menyalakan lampu di dalam rumah untuk beberapa waktu saja. Jika waktu musim penghujan, maka listrik akan jarang diperoleh dengan tenaga surya.
Aku dan Gauri disambut pak Bau Sabrang dengan ramah. Dua gelas teh hangat segera disajikan oleh Pak Bau Sabrang yang bernama pak Susilo kepada kami berdua. Aku tidak lupa untuk memberi pak Susilo oleh oleh bakpia dari Jogja. Hawa dingin membuat kami berdua menggigil kedinginan. Tangan kami terasa kaku seakan akan mulai membeku. Kami pikir ini akan terjadi untuk pertama kalinya karena tidak terbiasa. Sesaat kemudian pak Bau mengajak kami ke dapur. Disitu terdapat perapian yang digunakan untuk memasak sekaligus digunakan keluarga dan tetangga yang datang untuk berkumpul sambil menghangatkan badan. Kegiatan duduk dan menghangatkan badan di dekat tungku dapur disebut masyarakat desa Semega “karing”. Hawa dingin yang kami rasakan semakin berkurang setelah duduk di dekat tungku dapur. Tidak lama kemudian ibu Bau datang dari ladang. Dengan ramah Ibu Bau Sabrang yang bernama bu Rimpi menyambut kedatangan kami.
Ibu Rimpi menyiapkan makan siang dengan lauk seadanya untuk kami berdua. Setelah kenyang makan siang, kami menuju kamar tidur untuk dan meletakkan barang bawaan. Kasur berkelambu sudah siap menanti kami. Rasa capek dan ngantuk memaksa kami untuk berbaring dan kemudian tertidur dengan pulas. Kami tidur dari jam 12.30 sampai jam 17.30. Aku terbangun karena hawa di dusun Sabrang sangat dingin. Selain dingin, tubuhku terasa sangat lelah. Aku memutuskan bangun dari tempat tidur dan menuju ke tungku dapur untuk menghangatkan badan. Makan malam sudah disiapkan ibu Bau kepada kami. Sayur kentang dan buncis serta lauk tempe menjadi hidangan yang nikmat untuk dimakan karena kami berdua merasa sangat lapar.
Pak Bau dan ibu hari ini sedang panen kentang. Terlihat banyak kentang yang diletakkan di tanah. Kentang kentang itu kemudian dijual ke Jakarta lewat pembeli yang mendatangi rumah. Aku bertanya kepada ibu Bau kenapa kentang kentang ini tidak dijual ke Pekalongan saja. Ibu bau berpendapat bahwa jika kentang kentang ini dijual di Pekalongan tentu harganya tidak setinggi kalau dijual di Jakarta. Ibu bau berkata bahwa orang melihat kentang yang baru saja dipanen adalah sesuatu yang menyenangkan. Tetapi proses menanam, memupuk, dan memberantas hama atau mengobat adalah sesuatu yang susah untuk dilakukan. Sama halnya dengan seseorang yang memperoleh pekerjaan yang baik dan enak. Orang lain akan melihatnya dengan senang. Namun proses dibaliknya terdapat banyak rintangan dan hambatan yang harus dialami untuk mendapatkan hasil akhir yang menyenangkan. Mirip seperti peribahasa yang mengatakan bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian. Nasihat yang bagus untuk hari pertamaku.



Desa Simego hari ke-2

Hari ini aku bangun pagi pagi untuk menuju ke pasar Kalibening. Jarak antara dusun Sabrang ke pasar Kalibening sekitar satu jam naik kendaraan doplak. Pasaran Kalibening adalah kliwon. Doplak melewati desa Simego ketika hari pasaran tiba. Banyak warga desa yang ingin pergi ke pasar untuk menjual hasil panen dan berbelanja. Waktu itu doplak yang lewat penuh. Aku menunggu doplak berikutnya yang lewat. Ternyata doplak yang lewat berikutnya juga penuh sesak. Terpaksa aku naik ke doplak berdesak desakan dengan warga desa. Hasil panen berupa kubis dan wortel diangkut bersama dengan warga desa.

Jalan menuju ke Kalibening memang sudah diaspal. Namun tidak sedikit juga yang rusak. Saat doplak lewat di dusun kumenyep, Rere dan pak Iskandar ikut naik doplak. Sesampainya di pasar Kalibening, kami membeli kebutuhan selama tinggal di desa Simego. Saat itu keadaan pasar sangat ramai. Maklum saja, hari ini adalah hari pasarannya Kalibening. Selain pasaran kliwon, pasar Kalibening juga ramai di pasaran pahing. Tetapi pasaran pahing di Kalibening tidak seramai pasaran Kliwon. Setelah berbelanja, kami memutuskan untuk pulang ke desa Simego dengan menunggu doplak yang akan berangkat. Saat itu kami juga menunggu teman pak Iskandar yang baru menyusul dari Jogja bernama Yuli. Yuli menyusul ke Pekalongan setelah menyelesaikan tes S2 MM di UGM.

Doplak kami sudah siap untuk naik ke desa Simego. Ongkos untuk naik ke desa Simego adalah sebelas ribu rupiah. Sedangkan ongkos turun ke pasar dari Simego ke kalibening adalah lima ribu rupiah. Di tengah perjalanan ke Simego, penumpang doplak disuruh turun sebagian karena doplak kelebihan muatan. Doplak tidak bisa naik ke tanjakan yang paling miring. Setelah doplak menaiki tanjakan, kami disuruh naik lagi ke doplak. Sesampainya ke dusun Kumenyep, Rere dan pak Iskandar turun dari doplak. Aku memutuskan untuk turun juga. Hari ini aku memang berencana untuk mengunjungi dusun Kumenyep. Jarak antara dusun Sabrang yang aku tempati dengan dusun Kumenyep adalah sekitar 30 menit jalan kaki. Di hari kedua ini kami memasak sambal teri. Pak Iskandar ternyata pintar memasak. Mahasiswa S3 di Universiti Kebangsaan Malaysia ini juga pandai dalam bermain bumbu. Biasanya bumbu dihaluskan sebelum dimasukkan atau dicampur dengan bahan utama. Namun pak Iskandar lebih memilih bumbu tanpa dihaluskan, melainkan diiris iris saja.

Di dusun Kumenyep kami menempati rumah bapak Hasan. Bapak Hasan menduduki jabatan RT di dusun Kumenyep. Pak Hasan mempunyai empat anak. Anak yang tertua bernama Erik. Erik adalah lulusan SD yang sekarang bekerja di ladang gingseng milik perusahaan Korea. Anak kedua bernama Slamet Tresno. Slamet bersekolah di SMP Simego kelas dua. Anak yang ketiga dan keempat bernama Rian dan Siti. Aku banyak bertanya kepada Slamet tentang pendidikan di dusun Kumenyep. Di dusun Kumenyep terdapat SD 02 Simego. Saat aku tanya tentang jumlah anak yang bersekolah di SMP Simego, Slamet menjelaskan bahwa ada 8 anak dari dusun Kumenyep yang sekolah tingkat SMP. Kedelapan anak tersebut semuanya adalah laki laki. Kenapa semuanya laki laki? Slamet menjawab dengan santai. “Ngapain perempuan sekolah”. Sebagian besar perempuan di dusun Kumenyep membantu orangtuanya di ladang setelah lulus SD. Selain bekerja di ladang milik orangtuanya sendiri, sebagian perempuan di dusun Kumenyep bekerja di ladang gingseng milik perusahaan Korea. Gaji buruh yang bekerja di ladang gingseng adalah dua belas ribu lima ratus rupiah sampai lima belas ribu rupiah.

Saat malam menjelang, aku tidak bisa pulang karena kabut tebal datang dan hujan turun dengan deras. Akhirnya aku bermalam di dusun Kumenyep tanpa membawa tas tidur. Jika dilihat perbandingan kebersihan diantara dusun Kumenyep dan Sabrang, maka dusun Kumenyep terlihat lebih kumuh dibandingkan dengan dusun Sabrang. Di sekitar halaman rumah maupun di pinggir jalan terdapat banyak sampah plastik yang berserakan dimana mana. Untuk masalah kamar mandi di dusun Kumenyep, tidak semua rumah mempunyai kamar mandi. Di dusun tersebut terdapat kamar mandi umum yang terletak di tengah dusun.

Malam ini aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena hawa dingin di dusun Kumenyep melebihi dusun Sabrang. Letak dusun Kumenyep lebih tinggi daripada dusun Sabrang. Setiap satu jam aku terbangun karena hawa dingin sangat terasa di tubuh terutama telapak kaki. Walaupun aku sudah memakai kaus kaki, tetapi dingin tetap masuk sampai kedalam. Sekitar jam dua belas malam aku pergi ke tungku dapur untuk menghangatkan badan. Aku berada di depan tungku dapur dari jam dua belas malam sampai jam tiga pagi. Rasa kantuk ini seolah olah dihapus oleh hawa dingin.

Desa Simego hari ke-3

Pagi ini aku bangun pukul tujuh pagi. Aroma nasi goreng menarik ujung hidungku. Pak Iskandar, Mas Yuli, dan Rere sudah menyiapkan nasi dan bumbu untuk digoreng. Setelah nasi goreng matang, kami makan bersama di ruang tamu sambil mengobrol tentang kegiatan masing masing. Aku memutuskan untuk pulang ke sabrang setelah selesai makan pagi. Dengan berjalan kaki, aku menuju sabrang ditemani kabut tebal. Jarak antara dusun Kumenyep sampai dusun Sabrang sekitar 30 menit berjalan kaki. Kabut tebal dan hawa dingin dengan setia menemani perjalananku pulang ke Sabrang.

Perempuan perempuan desa Simego sudah terlihat mencari rumput di ladang dan pinggir jalan. Mereka memakai caping, baju sawah, dan sepatu boot sebagai alas kaki. 30 menit kemudian aku sampai di dusun Sabrang. Ibu Rimpi dan pak Susilo sepertinya sudah pergi ke ladang. Temanku si Gauri belum bangun dari tidurnya yang lelap. Tidak lama kemudian bu Rimpi datang membawa beberapa ubi. Ibu Rimpi merasa khawatir denganku. Semalam aku tidak memberi kabar apapun tentang kepergianku ke Kumenyep. Aku jelaskan kepada bu Rimpi kalau semalam menginap di dusun Kumenyep karena sejak sore kabut tebal sudah datang dan hujan turun dengan deras.

Ibu Rimpi membuatkan secangkir kopi untukku. Dari hari pertama sampai sekarang, aku sering mengkonsumsi kopi. Meskipun disini jarang ada yang menanam kopi, tetapi hampir setiap rumah mempunyai kopi asli warga desa. Sudah tiga hari lamanya aku tidak mandi. Pagi ini aku mencoba untuk mandi walapun air di desa semega terasa sangat dingin. Desa simega berada di ketinggian 1600 meter diatas permukaan laut.

Jadwal hari ini adalah pergi ke kelurahan Simego. Kami berenam sudah berkumpul di rumah pak Bau Sabrang. Kami menuju ke dusun Simego dengan berjalan kaki sekitar satu kilometer. Pemandangan selama perjalanan sungguh menyenangkan. Kincir air sungai terlihat dari atas tempat kami berjalan. Di desa Simego telah berkumpul teman teman kami di rumah pak Bau. Rumah pak Bau Simego terletak di belakang kantor kelurahan. Kami berbagi cerita sambil bercanda selama di rumah pak Bau. Setelah beberapa jam kami bercanda, Ibu bau Simego menawarkan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum pulang. Masakan di dusun Simego siang ini sungguh enak. Setelah makan siang, kami berpamitan untuk pulang ke dusun masing masing.

Sesampainya di rumah, aku mengobrol bersama bu Rimpi tentang banyak hal. Yang pertama adalah tentang kesehatan reproduksi warga desa Simego. Masyarakat lebih mempercayakan seorang wanita melahirkan di dukun setempat ketimbang melahirkan di tempat bidan. Dukun dianggap lebih bisa merawat sang ibu dan bayinya. Pijatan diberikan oleh dukun kepada ibunya dua kali sehari selama sepuluh hari setelah melahirkan. Kepercayaan masyarakat terhadap dukun masih sangat kuat. Sehabis melahirkan di dukun setempat, sang ibu langsung bisa bekerja seperti biasanya.

Selanjutnya adalah tentang kecantikan. Kecantikan dibagi dalam dua bagian besar yaitu kecantikan luar dan kecantikan dalam. Kecantikan dalam berkaitan dengan factor psikologi. Kecantikan dalam meliputi kepribadian, kepintaran, dan tingkah laku. Sedangkan kecantikan luar berkaitan dengan faktor fisik seperti kesehatan, keseksian, warna kulit, dan lain lain. Di dalam masyarakat desa Simego, pandangan terhadap seorang wanita cantik dipengaruhi oleh kondisi geografis setiap dusun. Kondisi geografis desa Simego yang berupa pegunungan membuat masyarakat hanya mengetahui apa yang ada di dalam desa mereka sendiri, termasuk wanitanya. Interaksi pemuda di desa Simego terbatas karena keadaan geografis. Menurut keterangan banyak orang di berbagai dusun, kebanyakan pemuda di desa Simego mendapat pasangan di dalam satu dusun. Orang jawa sering mengistilahkan dengan “pekngga” atau “ngepek tangga” yang berarti menikahi tetangganya sendiri. Pandangan pemuda desa Simego terhadap kecantikan seorang wanita secara umum sama dengan pemuda di luar. Beberapa keterangan dari pemuda desa menyebutkan bahwa wanita dianggap cantik secara fisik jika memiliki bentuk tubuh yang seimbang, badannya tinggi, serta warna kulit yang putih.

Menurut pendapat beberapa pemuda di desa Simego, seorang wanita dianggap canti jika pandai berdandan. Alasanya adalah si pemuda akan merasa bangga dan tidak canggung bergaul dengan masyarakat jika mempunyai pasangan yang pandai berdandan. Secara umum, kosmetik yang digunakan wanita di desa Simego meliputi bedak, lipstik, dan minyak wangi. Bedak dan lipstik adalah kosmetik yang wajib digunakan. Kedua jenis kosmetik tersebut digunakan ketika acara resepsi pernikahan, acara tontonan, pergi ke pasar, bahkan pergi ke ladang pun memakai lipstik dan bedak.

Jenis aksesoris yang secara umum dipakai oleh wanita di desa Simego meliputi anting, gelang, kalung. Dalam hal aksesoris atau perhiasan, faktor ekonomi sangat menentukan. Gelang dan kalung emas tidak hanya dipakai dalam acara besar dan resmi saja, melainkan untuk pergi ladang juga. Hal ini tentu saja berkaitan dengan status sosial. Faktor agama sangat mempengaruhi seorang wanita dalam hal berbusana. Seratus persen warga desa Simego memeluk agama islam. Semua wanita di desa Simego memakai kerudung. Ada kalanya seorang perempuan melepaskan kerudungnya, yaitu ketika berada di dalam rumah. Baju yang dipakai juga harus menutup aurat. Sebagian besar wanita di desa Simego masih memakai rok. Hanya sedikit yang memakai celana panjang.

Hubungan remaja di desa Simego sedikit berbeda dengan hubungan remaja di luar desa. Sepasang remaja boleh bepergian selama mendapat persetujuan kedua orangtua. Hal ini erat kaitanya dengan moral agama yang kuat di lingkungan desa tersebut. Kedua orang tua pasangan remaja menjadi kontrol sosial kepada pasangan remaja. Boleh dikatakan bahwa konsep berpacaran di desa Simego adalah sebuah hubungan yang telah disetujui kedua orang tua pasangan. Menurut keterangan yang diberikan bapak kepala desa yaitu bapak Sungkowo, rata rata usia pernikahan di desa Simego untuk perempuan adalah 16 tahun. Sedangkan untuk laki laki adalah 21 tahun.

Desa Simego hari ke 4

Jam tangan menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Gauri sudah terbangun dari tempat tidur. Ketika kami menuju di dapur, jam dinding ternyata menunjukkan pukul setengah delapan. Jam tanganku terkadang menjadi lambat sendiri. Mungkin karena sering terkena air dan cuaca disini yang sangat lembab. Menantu ibu Rimpi yang bernama Mansur pulang dari Sumatera. Kami sarapan bersama di dapur sambil mengobrol. Obrolan kami sering menyinggung tentang durian. Ternyata saat ini adalah waktunya panen durian di daerah Banjarnegara maupun Pekalongan. Impianku dari awal adalah membeli buah duren dengan harga murah disini. Tetapi karena di Kecamatan Petungkriyono tidak ada duren, maka lenyap sudah impianku.

Rencana kegiatan untuk hari ini adalah ikut pak Susilo dan Ibu ke ladang. Tetapi karena menantu pak Susilo baru datang dari Sumatera, maka kami berdua memtuskan untuk berganti rencana. Rencana baru kami adalah mengunjungi dusun kumenyep. Perjalanan kami diawali dengan pergi mengelilingi dusun kami yaitu dusun Sabrang. Kami sempat merekam dan memotret dusun kami dari atas bukit sebelah dusun. Dusun Kumenyep berjarak 30 menit jalan kaki melalui jalan umum warga. Namun kami berdua memutuskan untuk melewati ladang dan hutan untuk menuju dusun Kumenyep. Perjalanan kami terasa berat karena jalan yang kami lalui terus menanjak dan licin.

Terlihat seorang ibu yang sedang menggarap sawahnya. Kami bertanya beberapa hal tentang ladang yang sedang digarapnya. Ladang di dusun Sabrang sebagian besar ditanami sayuran. Sayuran tersebut adalah kentang, wortel, selong, kubis, sawi. Sisanya adalah teh dan tembakau. Setelah bertanya, kami kembali melanjutkan perjalanan lewat atas dusun sabrang. Terlihat dusun Kumenyep dari kejauhan. Dusun Kumenyep terlihat berada di balik bukit. Kami tidak bisa melewati bukit itu begitu saja karena kedua bukit dibatasi lereng yang curam. Terpaksa kami harus jalam memutar dengan menaiki bukit Sabrang terlebih dahulu kemudian memutari bukit. Perjalanan menuju atas bukit terasa sangat melelahkan. Udara yang dingin dan jalan setapak yang licin menghambat perjalanan. Kami harus melewati ladang satu ke ladang yang lain dengan menerabas pohon teh. Usaha untuk menuju ke atas bukit tidak sia sia dilakukan. Kami menjumpai anak muda yang mengangkat kayu di atas bukit. Pemuda itu menunjukkan jalan untuk menuju dusun Kumenyep. Jalan yang ditunjukkan pemuda itu adalah jalan setapak di pinggir jurang yang curam. Aku agak takut melewati jalan setapak itu. Tetapi takutku semakin berkurang karena pemandangan selama melewati jalan itu sangat indah.

Hari ini kabut belum datang. Panas matahari juga sedikit terasa. Kami menuruni jurang dengan berhati hati. Terlihat sungai kecil mengalir diantara dua bukit. Gauri sempat mengambil kamera dari tasnya untuk memotret pemandangan sekitar yang indah. Kami melanjutkan perjalanan dengan menaiki bukit lagi. Kali ini bukit yang kami naiki ditanami pohon gingseng. Ternyata kami melewati ladang gingseng yang sangat luas. Luas ladang gingseng itu sekitar 15 hektar. Mendengar keterangan warga desa Simego, ladang gingseng tersebut adalah ladang milik orang Cina. Tidak terlihat ada pekerja yang berada di ladang gingseng waktu itu. Mungkin karena tanaman gingseng di ladang itu baru tumbuh. Setelah naik ke atas bukit gingseng, terlihat dusun Kumenyep dari atas bukit. Kami menuruni bukit menuju ke dusun Kumenyep dengan perasaan senang. Satu setengah jam kami melakukan perjalanan dari Sabrang ke Kumenyep melewati bukit bukit. Setelah sampai di dusun Kumenyep, kami langsung menuju rumah pak Hasan. Rumah pak Hasan ditempati teman kami Rere dan Kris. Pak Iskandar dan Mas Yuli tinggal di Kalibening sejak hari ke 3. Sesampainya di rumah pak Hasan, tidak ada seorangpu yang berada di dalam. Memang sebelumnya kami tidak berjanji terlebih dahulu jika akan datang. Tetangga sebelah berkata bahwa pak Hasan dan kedua mahasiswa berada di dusun Kubang untuk melayat.

Waktu itu di desa Kubang ada seorang anak muda yang meninggal karena penyakit. Aku dan Gauri memutuskan untuk pergi ke dusun Kubang. Baru saja kami berjalan sekitar 200m, kami melihat Erwan, Kris, dan Pak Iskandar yang pulang dari dusun Kubang. Semua kembali ke tempat pak Hasan untuk makan siang. Kami berlima bersama sama membuat mie dicampur dengan telur. Dari hari pertama makanan kami selalu mie. Di desa Simego mie merupakan makanan yang enak dan mudah disajikan. Di dusun Sabrang ikan pindang menjadi makanan yang dianggap mewah.Setelah makan kami bersama sama mencuci piring. Dua hari yang lalu pak Iskandar sempat membeli sabun cuci di pasar. Sebagian besar masyarakat dusun Kumenyep tidak memakai sabun utnuk mencuci piring. Hanya dengan air dan abu dari tungku saja.

Kami berenam mengobrol dan berdiskusi di ruang tamu. Obrolan kami tentang kasus kasus yang terjadi di desa Simego. Tiga jam kami berdiskusi tidak terasa lama. Seperti perkuliahan satu semester yang dipadatkan. Pak Iskandar dan mas Yuli memiliki analisis yang hebat tentang permasalahan yang terjadi di desa Simego. Setelah berdiskusi aku dan Gauri memutuskan untuk pulang ke Sabrang pukul 3 sore. Kami tidak lagi melewati hutan berbukit. Kami pulang melewati jalan beraspal. 30 menit kami berjalan dari dusun Kumenyep ke Sabrang. Sesampainya di rumah aku memberanikan diri untuk mandi. Tidak lama kemudian mas mansyur dan pak susilo pulang dari Karangkobar. Mereka membawa dua buah duren yang dibeli dari Karangkobar. 2 buah duren berukuran sedang dibeli seharga 16 ribu. Impianku tentang duren akhirnya terwujud.

Desa Simego hari ke 5

Hari ini aku bangun pukul 5 pagi. Seperti biasanya aku langsung menuju ke dapur dan duduk di dekat tungku dengan ditemani bapak Susilo. Bapak hari ini tidak pergi ke ladang karena kelelahan.Tetapi ibu Rimpi berencana untuk pergi ke ladang untuk memanen wortel. Wortel yang dipanen tidak untuk dijual, melainkan untuk dibawa menantu ibu ke Sumatera sebagai oleh oleh. Mas Mansyur harus kembali ke Sumatera pada hari jumat. Aku dan Gauri memutuskan untuk pergi menemani ibu ke ladang untuk memanen wortel. Ladang wortel ibu berada di dekat dusun Kumenyep. Dengan berjalan kaki, ladang ibu Rimpi dapat dicapai dalam waktu 20 menit. Kami berjalan ke ladang ibu sambil menikmati pemandangan yang indah seperti biasanya.

Matahari pagi sanggup memnembuskan sinarnya ke desa Simego. Perempuan perempuan muda maupun tua sudah terlihat memanggul keranjang penuh berisi rumput. Anak berseragam smp terlihat berjalan menuju Simego untuk bersekolah. Mereka adalah anak anak dari dusun Kumenyep dan Kubang. Salah satu dari mereka adalah Slamet. Slamet tersenyum kepadaku dan menyapa sambil bersalaman denganku. Aku bertanya kepada Slamet sambil bercanda. “Mau ngampus met?”. Slamet hanya tersenyum begitu saja kepadaku. Slamet berjalan dari Kumenyep ke smp Simego selama satu jam. Di tengah perjalanan, kami juga melihat seorang anak yang mengenakan celana SD memanggul dua keranjang penuh rumput. Anak ini rupanya lulusna SD yang bekerja di ladang untuk membantu orang tuanya. Sebagian besar masyarakat desa Simego menganggap pendidikan itu tidak begitu penting.

Anak anak disuruh untuk bekerja di ladang orang tuanya selepas menempuh pendidikan SD. Ekonomi masyarakat yang rendah sangat mempengaruhi hal ini. Di desa Simego hanya terdapat dua SD dan satu SMP. Tidak ada SMA di desa ini. TK baru saja dibuat dengan dana PNPM tetapi belum dipakai. Setelah berjalan beberapa lama, kami akhirnya sampai di ladang ibu. Aku melihat tanaman kubis yang sudah berbuah. Ibu Rimpi membiarkan buah kubis itu begitu saja tanpa dipanen. Menurut ibu Rimpi kubis tersebut sudah terlalu tua dan murah jika dijual. Di bawah ladang kubis terdapat ladang wortel yang bertingkat. Ada tiga tingkat ladang yang ditanami wortel. Tanpa ragu ibu Rimpi mencabut tanaman wortel yang diperkirakan sudah ada buahnya. Buah wortel yang kami ambil memang belum terlalu besar. Tetapi sebagian ada yang berukuran sedang. Entah kenapa aku merasa senang saat ini. Buah wortel yang dipanen terlihat sangat menyenangkan jika dilihat. Kami bertemu dengan mas Imam di ladang ibu. Mas Imam adalah anak pertama ibu Rimpi. Dia terlihat sedang membersihkan rumput di ladang yang ditanami kentang. Mas Imam sempat mengatakan kalau di desa Simego terdapat jalan wali. Jalan wali adalah jalan setapak yang dapat menghubungkan Petungkriyono dan Lebakbarang. Perjalanan dari Petungkriyono sampai ke Lebakbarang melewati jalan wali dapat ditempuh selama 3 jam. Mas Imam berkata jika di jalan wali terdapat banyak tanaman anggrek. Informasi mengenai jalan wali membuat kami ingin menuju kesana. Kami berencana untuk pergi ke jalan wali besok.

Seember penuh wortel sudah kami dapatkan. Kata ibu Rimpi itu sudah cukup untuk oleh oleh mas Mansyur. Ibu Rimpi pulang dengan membonceng motor yang lewat. Sedankan aku dan Gauri berjalan kaki sambil menikmati pemandangan desa Simego yang sangat indah. Tak lama kemudian terdengar suara mobil dari kejauhan. Ternyata sebuah doplak menuju arah Kalibening. Dengan cepat aku memanggil bapak supir doplak itu untuk berhenti. Aku pamit kepada Gauri untuk menuju ke pasar Kalibening. Ternyata doplak yang aku tumpangi adalah doplak pak Lurah yang akan pergi kondangan. Doplak pak lurah sempat berhenti sebentar di dusun Kubang. Aku melihat dusun Kubang tidak sebesar dusun Sabrang. Di dusun Kubang hanya terdapat dua puluh kepala keluarga. Di dusun Kubang terdapat kamar mandi umum di depan jalan masuk ke dusun.

Doplak kembali melanjutkan perjalanan meninggalkan Simego. Sesampainya di Kalibening aku minta diturunkan di pasar. Di pasar Kalibening aku membeli beberapa sayur dan bumbu untuk memasak. Hari ini aku berencana untuk memasak. Meskipun aku dapat menikmati masakan ibu Rimpi, tetapi masakanya terlihat tidak bervariasi. Mie instan menjadi sajian tetap di rumah. Aku ingin memasak sesuat yang lebih berbeda. Pak lurah akan datang satu jam setelah aku turun di pasar. Tetapi setelah 2 jam aku menunggu di pasar, doplak pak lurah tidak kunjung datang. Terpaksa aku naik ojek untuk menuju ke dusun Sabrang. Hujan turun dengan deras sesampainya aku di dusun Sabrang.

Aku teringat tentang rencana untuk menuju ke jalan wali. Aku memutuskan untuk pergi ke Kumenyep bersama Gauri untuk mengajak keempat teman kami. Kami berdua berjalan ke dusun Kumeyep di tengah hujan deras. Air hujan di desa ini sungguh sangat dingin. Tangan kami yang tidak tertutup mantel terasa akan membeku. Sesampainya di Kumenyep pak Iskandar dan mas Yuli terlihat sedang berada di depan SD. Mereka sudah selesai melakukan pengamatan dan wawancara di SD Simego 2. Banyak hal yang menarik untuk diceritakan pak Iskandar tentang SD tersebut. Kami menuju ke rumah pak Hasan untuk membahas beberapa hal mengenai SD tersebut. Banyak masalah yang terjadi di SD tersebut. Ada seorang guru yang sudah mengabdi selama 26 tahun di SD itu. Guru itu bernama pak Joko Iryanto. Pak Joko bersal dari Pati Jawa Tengah. Setiap tiga minggu sekali pak Joko pulang ke Pati. Selama di desa Simego pak Joko menginap di SD tersebut.

Anak pak Hasan yang bernama Rian tidak bersekolah hari ini. Setelah ditanya kenapa tidak sekolah Rian menjawab dengan santainya. Rian tidak berangkat karena cuaca yang dingin. Ternyata banyak anak SD yang membolos hari ini. Sebenarnya pak guru sudah memberitahu ke muridnya jika tidak masuk sekolah harus membuat surat. Tetapi hal itu dihiraukan oleh murid. Pendidikan disini masih dipandang sebelah mata. Setelah lama mengobrol kami menuju desa Sabrang untuk wawancara dengan pak lurah. Di tempat pak lurah kami bertanya banyak hal. Dari permasalahan tentang pendidikan sampai masalah politik. Kami berenam bertanya secara bergantian sampai jam 5 sore. Setelah cukup bertanya kami memutuskan untuk pulang ke dusun masing masing.

Desa Simego hari ke 6

Seperti pagi biasanya. Aku sudah berada di depan tungku ibu Rimpi. Ibu Rimpi selalu menemaniku. Untuk dibuatkan the atau kopi. Hari ini aku dan Gauri berencana untuk pergi ke wadastape dengan ditemani anak pak Bau yang bernama Imam. Mas Imam biasa menjadi petunjuk jalan untuk menuju ke wadastape. Wadastape adalah sebuah tempat berada di puncak bukit. Wadastape disebut juga jalan wali. Tidak begitu jelas kenapa disebut jalan wali. Pak Imam mengatakan bahwa jalan wali adalah jalan yang dibuat oleh salah satu wali sanga. Jalan wali terlihat aneh bagi masyarakat desa Simego. Banyak yang percaya jika jalan wali tidak mungkin dibuat oleh manusia biasa. Jalan wali juga dapat menghubungkan antara kecamatan Petungkriyono dengan Lebakbarang. Dari kecamatan Petungkriyono sampai Lebakbarang dapat ditempuh selama tiga jam dengan berjalan kaki melewati jalan wali tersebut.

Aku, Gauri, dan mas Imam berangkat dari rumah pak Susilo sekitar jam 9 pagi. Wadas tape ditempuh dengan berjalan kaki selama satu jam. Jalan menuju ke wadastape termasuk susah untuk dilewati. Selain jalan setapak yang sempit dan berbatu, jembatan kayu yang licin menantang adrenalin kami. Kami harus terus berjalan ke wadastape sebelum kabut datang. Pemandangan yang kami lihat selama di perjalanan sungguh mengagumkan. Kami melewati jalan setapak yang pinggirnya adalah jurang. Kami harus berkonsentrasi melangkah karena jalan yang kami lewati diantara jurang yang sangat dalam. Pemandangan selama perjalanan tidak lupa kami rekam dan potret. Terlihat air terjun Curug Cinde dari kejauhan. Di depan kami terdapat hutan pinus milik perhutani. Mas Imam mengatakan bahwa tidak mungkin penduduk desa memiliki pohon pinus sebanyak ini. Pohon pohon pinus ini pasti dimiliki oleh perhutani. Penduduk desa terlihat sedang memotong kayu kayu pinus itu. Tindakan memotongi kayu kayu pinus itu menjadi pertanyaan saya. Mengapa penduduk berani memotong kayu pinus milik perhutani?. Saya menanyakan hal ini kepada mas Imam. Dijawab oleh mas Imam bahwa penduduk itu “mbeling”. “Mbeling” adalah kata bahasa jawa yang berarti nakal. Kalau penduduk itu ketahuan oleh mandor perhutani pastilah ditangkap dan dihukum.

Setelah kami melewati hutan pinus, tibalah saat yang paling sulit. Jalanan yang kami lewati berikutnya lebih licin dari yang sebelumnya. Mas Imam menyuruh kami supaya melepas alas kaki kami. Perjalanan kami hampir mencapai tujuan. Mas Imam mengatakan jika wadastape sudah tidak jauh lagi. Perjalanan ke wadastape dapat ditempuh sekitar 15 menit lagi. Wadastape adalah jalan berupa bebatuan yang ditempeli akar akar besar dari pohon yang sangat besar. Menurut mas Imam akar akar besar yang menempel di bebatuan sudah ada sejak jaman dahulu. Sesampainya di wadastape kami beristirahat sambil menikmati pemandangan sekitar yang sangat indah. Pemandangan yang indah itu hanya dapat kami nikmati sebentar karena kabut sudah menutupi bukit.

Disebelah kami terdapat pohon yang diatasnya terdapat tanaman anggrek. Gauri memberanikan diri untuk memanjat pohon itu dan memetik tanaman anggrek. Banyak tanaman anggrek yang menempel di pepohonan dan bebatuan. Namun pohon tersebut sayangnya berada di pinggir jurang. Tidak seorangpun berani memanjatnya tak terkecuali mas Imam sendiri. Setelah satu jam sibuk memetik anggrek kami kembali ke dusun Sabrang. Perjalanan melelahkan dari wadastape ke Sabrang ditempuh selama satu jam. Kami berangkat menuju wadastape tanpa beristirahat. Sedangkan kami berjalan dari wadastape ke Sabrang harus beristirahat tiga kali. Jam dua belas siang kami sudah tiba di rumah Pak Bau.

Desa Simego hari ke 9

Tidak akan diceritakan kemana aku pergi untuk hari ketujuh dan delapan. Pagi ini hawa dingin tidak begitu terasa. Semalam aku menginap di Kalibening tempat pak Iskandar dan mas Yuli menginap. Rumah pak Iskandar dan mas Yuli menginap terletak 2 km dari pasar Kalibening. Pagi ini aku berangkat ke dusun Kubang. Setelah sampai dusun Kubang aku dan mas Yuli diterima pak bau dirumahnya. Rumah pak bau kubang sangat sederhana. Rumah pak bau masih beralaskan tanah. Dinding rumahnya terbuat dari papan kayu. Tidak ada tempat tidur di kamarnya. Kami sempat mengobrol sebentar dengan pak bau mengenai pertanian. Sepertinya pak bau dusun Kubang kurang memberikan informasi yang cukup untuk kami. Saat itu pak bau dusun Kubang sedang menunggu pak lurah datang untuk mengambil teh. Hasil panen teh pak bau nantinya akan dibawa ke pabrik pengolahan daun teh di Pekalongan.

Setelah mengobrol dengan pak bau kami mengelilingi dusun Kubang. Di dusun Kubang hanya terdapat sekitar dua puluh kepala keluarga. Kamar mandi di dusun Kubang kebanyakan terletak di luar rumah. Bentuk kamar mandinya hanya berupa bak dan bilik papan sederhana. Di dusun Kubang terdapat kamar mandi umum di dekat pintu masuk dusun. Tidak lama kemudia kami bertemu seseorang yang menawarkan jasanya untuk membuatkan tanda pengenal pada perabotan rumah tangga. Tanda pengenal tersebut biasanya berupa nama pemilik. Nama pemilik diukirkan pada gagang sendok atau piring. Laki laki tersebut bekerja berdasarkan permintaan warga. Hampir setiap hari laki laki tersebut mengelilingi setiap dusun di seluruh kecamatan. Jika petang sudah menjelang, dia bermalam di salah satu rumah warga. Paginya dia kembali melanjutkan perjalanannya ke dusun berikutnya.

Desa Simego hari ke 10

Sejak subuh hujan deras mengguyur desa Semega. Hingga pukul 9 hujan masih belum reda. Aku, Rere dan kris sudah terbangun kemudian membuat kopi. Kami belum bisa melakukan aktivitas apapun karena hujan terlalu deras. Kris dan Rere berencana untuk tidur lagi sampai sore. Sekitar pukul 10 pagi hujan sudah berhenti turun. Kami bertiga memutuskan untuk pergi ke dusun Sabrang. Di dusun Sabrang kami juga tidak melakukan aktivitas apapun. Hari ini di Sabrang ada sesuatu yang sedikit berbeda. Televisi pak Bau akhirnya dapat dinyalakan. Acara televisi akhirnya dapat kami lihat setelah sepuluh hari kita aku tidak menonton televisi. Kebetulan di rumah pak Bau juga mempunyai DVD dengan beberapa kaset film dan lagu dangdut. Kris menyuruhku untuk memutarkan film horor. Dari jam 11 sampai jam 1 siang kami menonton film komedi horor di tempat pak Bau Sabrang.

Setelah menonton film komedi horor kami memutuskan untuk pergi ke dusun Simego. Meskipun sinar matahari tidak banyak sampai ke desa kami, namu rasa hangat sedikit terasa. Pemandangan yang kami lihat selama perjalanan sangat indah. Jalan yang kami lewati sudah banyak yang rusak. Maklum saja, tidak sedikit truk yang melewati jalan ini untuk mengangkut hasil pertanian. Sepuluh menit kemudian kami sampai di dusun Simego. Kami langsung menuju ke rumah pak Bau Simego untuk menemui Ajik dan Agung. Selama 2 jam kami mengobrol dan bercanda. Hujan turun dengan deras hingga sore menjelang. Setelah hujan reda kami berpamitan untuk pulang ke dusun masing masing. Saat itu mendung kembali menyelimuti desa Simego. Dalam perjalanan pulang hujan turun dengan deras. Untung saja kami sudah menyiapkan mantel sebelumnya. Hujan turun semakin deras. Aku berlari cepat untuk segera sampai ke dusun Sabrang.

Setelah sampai rumah kami memasak mie rebus untuk menghangatkan badan. Malam harinya pak Susilo dan cucunya memutar film horor Susana. Aku takut melihatnya karena lampu rumah semua dipadamkan untuk dapat menyalakan televisi.

Desa Simego hari ke 11

Saat aku terbangun dari kursi ruang tamu, tiba tiba aku merasa tidak enak badan. Sepertinya aku terkena radang tenggorokan. Terasa sakit jika untuk menelan. Apalagi bibirku juga pecah pecah. Pagi ini mendung tebal sudah menyelimuti desa Simego. Kris dan Rere mulai khawatir jika hujan turun dengan deras. Mereka pasti susah untuk kembali ke dusun Kumenyep. Hari ini tidak ada kegiatan yang dilakukan. Dari hari sebelumnya kami tidak merencanakan kegiatan untuk dilakukan. Namun hari ini bu Rimpi berencana untuk pergi ke ladang untuk memanen kubis dan wortel. Kami berempat memutuskan untuk ikut bu Rimpi ke ladang. Ladang kubis dan wortel milik bu Rimpi terletak di dekat dusun Kumenyep. Sesampainya di ladang pak Susilo dan mas Imam sudah ada disana. Dengan sabitnya yang tajam pak Susilo memotong buah kubis dari pohonnya. Kubis kubis yang sudah dipotong dari pohonya kemudian ditumpuk menjadi satu. Kami bermain main dengan kubis kubis itu. Kubis yang telah dipotong bapak kemudian aku lempar ke Kris. Karena keasyikan lempar lemparan kubis, kami tidak sadar beberapa kubis ada yang rusak.

Setelah memanen kubis kami berempat membantu ibu memanen wortel. Memang agak sulit untuk memanen wortel. Tidak semua tanaman menghasilkan wortel yang besar. Kebanyakan wortel yang kami ambil masih berukuran kecil kecil. Setelah tanaman wortel dicabut kemudian buah wortel dipisahkan dari tanamanya dengan memotong sampai ujung buah. Wortel yang sudah dikumpulkan kemudian dicuci bersih. Setelah wortel dibersihkan kemudian dimasukkan dalam “bagor” untuk dibawa ke pasar besok pagi. Seusai memanen wortel kami pulang ke dusun masing masing. Tak lama setelah aku sampai rumah, seseorang mengetuk pintu rumah. Ternyata Surya dan Ihsan datang dari dusun Gunung Cilik. Mereka jauh jauh berjalan dari Gunung Cilik untuk menemui kami dan teman teman yang lain. Malam ini Surya dan Ihsan tidur di Sabrang.

Desa Simego hari ke 12

Hari ini aku berencana untuk pergi ke pasar Kalibening meskipun rasa sakit semakin aku rasakan. Doplak sudah ada di depan dusun. Supir doplak menunggu warga mengangkut panen ke bak belakang doplak. Semula aku tidak yakin jika bisa ikut doplak yang datang pertama itu. Tetapi dengan sedikit memaksakan diri aku memutuskan untuk ikut dengan duduk di tutup bak belakang doplak. Dari dusun Sabrang sampai pasar Kalibening jaraknya adalah sekitar satu jam naik kendaraan doplak. Selama satu jam aku berpegangan kerangka besi doplak. Sesampainya di pasar Kalibening tanganku menjadi merah karena lama berpegangan pada besi belakang. Di pasar aku membeli beberapa plastik kopi. Aku membeli kopi di tempat penggilingan kopi. Kopi di tempat tersebut masih murni dan belum dicampur. Setelah membeli kopi aku mencari kawung. Kawung adalah daun yang dipakai sebagai kertas rokok. Namun daun kawung susah dicari di pasar itu. Akhirnya aku menyerah untuk mencari kawung di pasar. Jam 9 aku naik doplak yang pertama menuju ke desa Simego. Sampai rumah aku langsung berbaring di tikar depan televisi. Aku mencoba beberapa kali menyalakan televisi. Namun arus listirk belum kuat untuk membuat televisi menyala. Tidak lama kemudian seseorang mengetuk pintu rumah. Setelah pintu aku buka ternyata mas Reza dari dusun Iger gede datang sendirian. Mas Reza adalah mahasiswa S2 Antropologi UGM. Malam ini mas Reza menginap di rumah kami.

Desa Simego hari ke 13

Hari terakhir di Petungkriyono. Tidak ada kegiatan penting yang aku lakukan hari ini. Besok pagi doplak dari Simego menjemput kami pulang. Perjalanan menuju tugu durian karanganyar rencananya dimulai pukul 8 pagi. Pagi ini Kris dan Rere datang ke rumah dengan sepeda motor. Aku, Gauri, mas Reza, dan Kris selalu menyinggung tentang hari terakhir di Petungkriyono. Rasanya senang sekali sudah melewati hari hari di desa Simego, Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan.

Dari hari pertama sampai terakhir aku menulis catatan ini di depan tungku dapur sambil menghangatkan badan. Aku menulis berbagai hal yang aku alami di desa Simego. Banyak hal yang aku lakukan di desa Simego. Namun tidak ada kemajuan yang dapat aku berikan pada mereka. Desa Simego ini diibaratkan seperti museum kebudayaan masyarakat terpencil yang hidup. Semua orang bisa melihat dan datang ke tempat ini. Namun tidak semua orang mau memberi sedikit perubahan untuk kemajuan desa ini.

Hari ini radang tenggorokanku makin terasa sakit. Tubuhku juga terasa sangat lemas. Leherku terasa sakit jika digerakkan. Beberapa hari sebelumnya aku tidak bisa tidur dengan baik. Hawa dingin di desa ini memang susah untuk diadaptasi. Hujan turun tidak menentu setiap hari. Angin besar selalu datang setiap sore. Pada saat hujan deras dan angina besar kami tidak bisa melakukan aktivitas apapun selain hanya duduk di depan tugu dapur. Kondisi fisikku di beberapa hari terakhir ini terasa sangat buruk. Aku berharap semoga kondisiku bisa pulih sampai aku tiba di jogja.

Dari hari pertama sampai terakhir aku mencoba sesuatu yang baru. Sesuatu yang jarang aku dapatkan di jogja. Dua minggu liburan semester diisi dengan mengikuti TPl di kecamatan Petungkriyono Pekalongan. Tidak ada kerugian sedikitpun dalam mengikuti kegiatan ini. Walaupun kondisi fisikku semakin melemah di beberapa hari terakhir ini, tetapi aku yakin akan cepat sembuh. Dalam kegiatan ini aku bertemu dengan beberapa orang yang istimewa bagiku. Suatu saat aku ingin bertemu dengan mereka lagi. Namun waktu yang dapat menentukan pertemuan kami.